WAHANANEWS.CO - Pemerintah membutuhkan dana sebesar Rp1.900 triliun untuk membiayai pembangunan infrastruktur selama masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Namun, keterbatasan anggaran negara membuat pemerintah mengajak investor asing untuk ikut serta.
Baca Juga:
Prabowo Resmikan Peluncuran Kendaraan Listrik Taktis “PANDU”, Era Baru Pertahanan Ramah Lingkungan
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menjelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu menutupi sekitar 60 persen dari kebutuhan tersebut.
Sisanya, menurut dia, harus berasal dari sumber pendanaan alternatif melalui skema cerdas dan kolaboratif.
“Untuk memenuhi target 2025–2029, kami membutuhkan pendanaan sekitar Rp1.900 triliun. Dengan keterbatasan fiskal, pemerintah hanya bisa menutupi sekitar 60 persen,” ujarnya dalam International Conference on Infrastructure (ICI) di JICC, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Kekuatan Pertahanan Salah Satu Penjamin Kedaulatan Bangsa
Dody mengungkapkan bahwa Kementerian PUPR memiliki 55 proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan sembilan di antaranya diprioritaskan untuk menarik investor dengan nilai total Rp90,21 triliun.
Proyek tersebut mencakup Tol Gilimanuk–Mengwi, Tol Pejagan–Cilacap, dan Tol Sentul Selatan–Karawang Barat, serta proyek pengelolaan sampah Manggar di Balikpapan.
Selain itu, pemerintah juga menawarkan sejumlah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) di lima bendungan berbeda, termasuk Way Sekampung dan Leuwikeris.
“Inilah momen kita. Mari bergandeng tangan dan membangun infrastruktur yang sangat penting, terutama untuk negara kami Indonesia,” kata Dody dalam pidatonya.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga menyampaikan ajakan serupa kepada investor global. Terdapat 46 proyek yang ditawarkan dalam forum ini.
“Kami menyambut investor global, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan, tetapi juga untuk bermitra dengan kami dalam transformasi jangka panjang,” ujar AHY.
[Redaksi: Rinrin Khaltarina]