Dari sisi invididu, mengutip penelitian Bank Dunia, para pekerja menempatkan pelatihan peningkatan skill dalam peringkat paling buncit atau terakhir (10) pada prioritas pengeluaran pribadinya.
"Sebanyak 64 persen tidak mengikuti pelatihan peningkatan skill karena merasa tidak tersedia pelatihan yang sesuai dengan minat dan keterampilannya," papar Denni. Begitu pula dari sisi manajemen.
Baca Juga:
Labura Siapkan Pemuda Mandiri Lewat Pelatihan Las
Perusahaan juga sedikit sekali menganggarkan dana untuk pelatihan bagi pengembangan karyawannya. "Hanya 44 perusahaan yang memberikan pelatihan kepada pekerja karena merasa tidak ada kebutuhan untuk itu," lanjut dia.
Kondisi ini, kata Denni, menunjukkan terjadinya kegagalan pasar dalam menghasilkan tingkat pelatihan kerja yang optimal. Oleh karen itu, program Kartu Prakerja hadir untuk memberikan beasiswa pelatihan meskipun pada situasi pandemi, ada sifat semi-bansos yang diembannya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.