WahanaNews.co |
Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) tengah berupaya menyelesaikan persoalan krisis finansial di PT
Garuda Indonesia Tbk (Persero).
Maskapai pelat
merah ini diketahui memiliki utang mencapai Rp 70 triliun.
Baca Juga:
Penerbangan Garuda Indonesia Paling Tepat Waktu di Dunia
Wakil Menteri
BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengungkapkan, salah satu permasalahan mendasar
pada maskapai ini adalah terlalu banyak menyewa pesawat dengan harga yang
mahal.
Ia bilang,
"penyakit" Garuda Indonesia di masa lalu ini menimbulkan permasalahan
jangka panjang.
"Memang
jenis pesawat yang disewa di masa lalu itu terlalu banyak, dan sewanya
kemahalan. Ini tentunya penyakit masa lalu Garuda, di mana cost structure-nya
(struktur biaya) jauh melebihi dari maskapai-maskapai sejenis," ungkapnya,
dalam acara Business Talk di Kompas TV, Selasa (8/6/2021).
Baca Juga:
Garuda Indonesia Group Hadirkan Promo Diskon Tiket hingga 75% Bertajuk ‘Lebaran ke Jakarta’
Pria yang akrab
disapa Tiko itu mengatakan, persoalan penyewaan pesawat yang membebani kinerja
perusahaan ini semakin diperparah ketika pandemi Covid-19.
Pandemi, yang
sudah berlangsung lebih dari setahun, membuat penerbangan penumpang anjlok,
sehingga semakin membawa Garuda Indonesia ke kondisi krisis keuangan.
Penundaan
pembayaran kewajiban pun sudah berlangsung sepanjang masa pandemi ini, baik ke
pihak swasta, terutama perusahaan penyewa pesawat atau lessor, maupun ke
BUMN lainnya, seperti Angkasa Pura dan Pertamina.