WahanaNews.co | PT Pertamina (Persero), sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), semakin gencar mengembangkan inisiatif program transisi energi sebagai prioritas dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, aksesibilitas, keterjangkauan, akseptabilitas, dan keberlanjutan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan untuk menjaga ketahanan energi dan menjamin keterjangkauannya, Pertamina menempuh strategi mempertahankan bisnis minyak dan gas, dengan tetap melihat potensi energi baru terbarukan.
Baca Juga:
Wamendag Roro: Prioritaskan Perdagangan Hijau, Ramah Lingkungan, serta Berkelanjutan
"Untuk mengurangi emisi, Pertamina melakukan dekarbonisasi dalam kegiatan operasional untuk memastikan bahwa dalam jangka pendek, transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi. Namun di sisi lain, kita masih bisa mencapai target pengurangan emisi karbon,” ungkap Nicke dalam forum Leadership Dialogue Energi Asia, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin (03/07/23).
Bersamaan dengan itu, lanjutnya, Pertamina juga membangun dan memperkuat infrastruktur gas di seluruh rantai nilai dari hulu, tengah, hingga hilir, sesuai dengan target pemerintah dimana porsi gas dalam bauran energi ditingkatkan secara bertahap.
Dengan wilayah yang terdiri dari 17 ribu pulau, pengembangan infrastruktur gas diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas bagi seluruh penduduk.
Baca Juga:
Buntut Pertamax Bermasalah, YLKI Desak Keadilan Bagi Konsumen yang Dirugikan
Oleh karena itu, percepatan transisi energi di Indonesia bukan hanya upaya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga untuk mewujudkan ketahanan energi.
Di era transisi energi, negara-negara di Asia Selatan termasuk Indonesia memiliki peluang besar karena dikaruniai alam dengan sumber energi primer hijau yang melimpah. Nicke mengatakan sumber daya ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekosistem bisnis rendah karbon.
Untuk mewujudkan itu, Pertamina telah mengalokasikan 15 persen dari total belanja modal untuk pengembangan portofolio bisnis rendah karbon/hijau, jauh lebih tinggi dari rata-rata perusahaan energi lainnya.
Beberapa inisiatif yang telah dan akan terus dilaksanakan Perseroan antara lain dekarbonisasi dan efisiensi energi yang telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 31 persen serta implementasi teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dengan injeksi C02 perdana di Lapangan Pertamina EP Jatibarang,
Kemudian, mengembangkan kilang hijau, pengembangan energi geothermal yang saat ini telah mencapai kapasitas terpasang sebesar 1.877 megawatt, memproduksi biodiesel, dan lain-lain.
Ia menyampaikan bahwa Pertamina juga melibatkan masyarakat dengan mengembangkan Desa Mandiri Energi di 47 Desa di Indonesia karena Perseroan tidak bisa melakukannya sendiri.
"Oleh karena itu, kami membuka diri untuk kolaborasi global bersama seluruh peneliti, penemu dan para ahli dari universitas dan akademisi, perusahaan, kementerian, hingga masyarakat melalui UMKM,” ujar dia menambahkan.
Pertamina berharap kerja sama tersebut akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk budaya lokal, UMKM akan mengalami peningkatan penjualan dan pendapatan.
Dirinya pun meyakini, kolaborasi ini mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor pariwisata, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perseroan sebagai pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target Emisi Nol Bersih 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.[Sdy]