"Ya aduan kedua warga tersebut juga terkait Sarana dan Prasarana. Pertama, mengenai mesin tapping yang ternyata tidak seluruhnya beroperasional sehingga menyebabkan penumpukan penumpang di Halte," ungkapnya.
Kedua, adanya kebingungan dari penumpang mengenai mekanisme tapping yang sudah dilakukan di Bus Rapid Transit (BRT) melalui koridor di luar rute kemudian penumpang pindah ke halte yang termasuk koridor disaat mau keluar justru petugas di halte tujuan kurang mengerti kalau sudah tapping di BRT bagaimana turun di Halte Tujuan sehingga penumpang tersebut justru keluar tanpa tapping.
Baca Juga:
Viral Mobil Dinas Pejabat RI Serobot Jalur Busway, Kemenag Buka Suara
"Dan, keesokan harinya sewaktu tapping mau masuk di halte yang termasuk koridor malah status kartu awalnya blokir namun petugas sempat bilang ini karena tidak tapping out sehingga penumpang tsb menjadi bingung jadinya khawatir kartu yang digunakan tapping malah tidak bisa dipakai." terang Johan.
Sementara, perwakilan Advokasi lainnya, Julius Simanjuntak minta berbagai pihak yang terkait pengelolaan Transjakarta untuk segera memperbaiki SPM yang saat ini sedang di sorot Masyarakat demi kenyamanan penumpang.
"Penumpang adalah pelanggan yang ingin dimanjakan sehingga berhak atas kondisi nyaman, bersih, indah dan sejuk. Kami mohon jumlah bus ditambah juga khususnya pada jam sibuk dibarengi waktu 5 menit setiap bus dan ada tempat duduk yang layak dalam halte," tutup Julius.[mga]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.