WahanaNews.co | Praktisi migas yang sekaligus merupakan mantan Pejabat Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas), Elan Biantoro sepakat dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax.
Menurut Elan, jika melihat selama ini Pertamax digunakan oleh pengendara mobil mewah atau kalangan masyarakat menengah ke atas. Elan menyampaikan, harga Pertamax Rp12.500 itu masih cukup terjangkau.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Siap Layani Energi Mitra Global
"Pertamax ke atas itu harga BBM untuk menengah ke atas. Kendaraan cukup mewah, mereka harus wajib membeli RON di atas 92. Harga naik ke Rp12.500 untuk Pertamax masih di bawah harga selayaknya melihat harga crude," ungkapnya dalam diskusi daring bertema ‘Krisis Rusia-Ukraina, Mahalnya Minyak Dunia’ yang digelar Jakarta Journalist Center, Jakarta, Kamis (7/4/2022).
Hanya saja, Elan menyampaikan, bahwa kementerian terkait ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina harus memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa naik-turunnya harga BBM ditentukan mekanisme pasar minyak dunia.
"Selama ini kita tidak pernah mendapat sosialisasi mekanisme pasar (penentuan naik-turunnya) harga BBM. Ini diedukasi agar masyarakat tak kaget kalau minyak naik," ujarnya.
Baca Juga:
SKK Migas Kalsul dan KKKS Kunjungi Kemenhub RI Pastikan Kelancaran Hulu Migas
Selama ini, Elan menilai, bahwa masyarakat Indonesia terbuai harga BBM karena disubsidi oleh pemerintah, sehingga tidak mengantisipasi kenaikan harga BBM di pasar yang salah satunya disebabkan invasi Rusia ke Ukraina.
"Pemahaman dan pemberian informasi ini bukan karena pemerintah, karena efek global. Sementara masyarakat terbuai mekanisme harga subsidi daripada mekanisme harga pasar," ungkapnya.
Kementerian ESDM telah menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) Februari 2022 sebesar 95,72 dolar AS per barel, sedangkan angka sementara ICP Maret 2022 sampai 17 Maret 2022 sebesar 114,77 dolar AS per barel.
Jika melihat harga subsidi ini, maka ada defisit. Sehingga, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Pertamax menjadi menjadi Rp12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp9.000 per liter. Sedangkan untuk harga Pertalite tetap di Rp7.650 per liter.
"Kalau seperti sekarang (harga minyak) di atas 100 (dolar AS) otomatis tidak bisa mengandalkan harga (subsidi) dipertahankan. Naik Pertamax," kata Elan.
Adapun untuk harga Solar dan Pertalite, Elan meminta, kepada pemerintah agar tetap dipertahankan. Ini dilakukan supaya tidak terjadi gejolak di pasar.
"Solar penugasan dan Pertalite dipertahankan tak naik agar tak jadi gejolak. Harga penugasan naik ada gejolak," ujarnya.
Selain Elan, dalam diskusi tersebut hadir juga Pakar Ekonomi dan Energi UGM Fahmi Radhy, Direktur Eksekutif Energi Watch Mamit Setiawan dan Direktur Global Economy Institute Ronald Loblobly. [rin]