Anak-anak yang dulu enggan masuk sekolah pun mulai menunjukkan perubahan perilaku.
“Sekarang mereka mulai takut bolos. Sudah ada rasa takut. Yang tadinya mau bolos jadi batal,” tambahnya.
Baca Juga:
Soal Siswa Bermasalah dan Pendidikan Disiplin, Dedi Mulyadi: Bicara Saja Tidak Cukup
Yang menarik, efek psikologis dari program ini tidak berhenti di Jawa Barat.
Dedi mengungkapkan bahwa dirinya menerima pesan dari warga Jawa Timur yang menyampaikan bahwa anak-anak mereka menjadi lebih disiplin dan rajin bersekolah setelah melihat konten di TikTok tentang siswa nakal yang dimasukkan ke barak militer.
“Kalau semua menyadari pentingnya disiplin, arah hidup yang jelas, dan visi yang baik, maka ini bisa jadi gerakan nasional,” ucapnya.
Baca Juga:
Fatwa Haram MUI Soal Vasektomi Jadi Syarat Bansos, Dedi Mulyadi Buka Suara
Melihat perkembangan awal yang menggembirakan, Dedi menyatakan keinginannya untuk memperluas cakupan program ini.
Tak hanya berlaku bagi siswa SMP dan SMA, ia berencana menerapkan pendekatan serupa untuk orang dewasa yang melakukan pelanggaran sosial seperti mabuk-mabukan di tempat umum, tawuran, hingga nongkrong liar di perempatan jalan.
Menurutnya, pendekatan rehabilitatif semacam ini jauh lebih efektif daripada sekadar menjatuhkan hukuman pidana ringan, yang kerap kali tidak menyelesaikan akar persoalan dan justru berisiko memperparah perilaku menyimpang.