WAHANANEWS.CO, JAKARTA - Direktur PT Jasa Marga Subakti Syukur mengaku jika saat ini belum disepakati skenario arus balik lebaran 2025 yang akan diterapkan seperti apa.
Keputusan tersebut bakal di bawah diskresi Kepolisian setelah berkoordinasi dengan banyak pihak termasuk badan usaha jalan tol serta Kemenhub.
Baca Juga:
9,2 Juta Wisatawan Ramaikan Sumut di Libur Nataru
"Prediksi puncak arus balik pada minggu tanggal 06 April (H+5) sebanyak 271 kendaraan atau naik 62 persen terhadap normal," kata Subakti dikutip dari CNBC Indonesia, kemarin.
Diketahui, puncak arus balik di tahun 2025 diperkirakan jatuh pada tanggal 6 April 2025. Subakti juga mengaku pihaknya kewalahan dengan puncak arus balik di tahun 2024 lalu.
Di tahun ini, lanjut Subakti, diperkirakan akan ada kenaikan dan lebih parah dibandingkan tahun 2024.
Baca Juga:
Kawal Arus Mudik Hingga Balik Lebaran 2024, PLN Siaga di Zona Utama Transportasi Publik
"Dan ini yang agak-agak seramnya, skenario ini belum ketemu ya, nanti di lapangan naik terhadap puncak balik tahun 2024. 2024 saja kita sudah kewalahan. Tentunya nanti ada skenario khusus, karena kita sudah dengan skenario yang ada, masih naik 3 persen terhadap puncak balik tahun 2024. Cukup besar 3 persen itu," paparnya.
Sementara itu, prediksi puncak arus mudik (H-3) sebanyak 232 ribu kendaraan atau 50 persen lebih tinggi dari waktu normal, namun lebih rendah -9 persen dibandingkan 2024.
Proyeksi lalu lintas masuk Jakarta (GT Cikampek Utama Kalihurip Utama, Ciawi, GT Cikupa) sebanyak 2,18 Juta kendaraan sepanjang 12 hari dari H-10 sampai dengan H+2. Jumlah ini 1,1 persen lebih tinggi dari arus mudik tahun 2024 dengan asumsi WFA dari 24 sampai 27 Maret 2025.
Potensi permasalahan misalnya bottleneck lajur di Jakarta-Cikampek KM 72 sd KM 66 (arah Jakarta), kemudian kapasitas parkir TIP tidak cukup menampung kebutuhan. pengguna jalan serta perlu konsistensi pengawasan SKB pengaturan angkutan barang dan rekayasa contraflow sesuai indikator.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]