WaanaNews.co | Anggota DPR dari fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Putra Nababan mengatakan banyak oknum warganet mengadu domba internal partainya di media sosial usai perayaan ulang tahun ke-50 mereka beberapa hari lalu.
"Mana mungkin yang mau adu domba orang PDI. Pastilah orang luar PDI. Jadi siapa orangnya? Ya banyak sekali," ujar Putra saat dilansir dari CNNIndonesiacom, Sabtu (14/1).
Baca Juga:
Mustikaningrat Tampil Memukau, Visi Ekonomi Sumedang Sugih Jadi Sorotan Debat Pilkada
Ia kemudian berkata, "Kita lihat saja di Twitter itu siapa aja nama-namanya. Jangan-jangan akunnya juga pakai nama orang lain, tapi niat untuk mengadu domba kan kelihatan sekali."
Adu domba yang dimaksud Putra yakni isu soal Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pamer kekuasaan kepada Presiden Joko Widodo.
Selain itu, Putra juga menganggap adu domba terlihat dari omongan soal posisi tempat duduk salah satu kader sekaligus kepala daerah yang dinilai tidak layak.
Baca Juga:
Sengaja Dihapus, Foto Rano Karno Bersama Terduga Kasus Judi Online Lenyap dari Instagram
Sebagai orang yang hadir dalam acara tersebut, Putra menganggap tidak ada pamer kekuasaan ataupun keistimewaan di antara kader dalam acara itu.
Ia menilai oknum netizen tersebut bukan kader partainya, sehingga tidak hadir secara langsung di acara itu dan memahami konteks yang disampaikan dalam acara.
Putra mengklaim pihaknya tak marah dengan oknum netizen itu dan memilih langkah klarifikasi.
Ia pun membahas masalah dugaan adu domba warganet ini di Twitter.
Putra mengatakan bahwa ia menuliskan serangkaian twit itu untuk mengajak oknum-oknum tersebut agar lebih beradab.
Ia kemudian menyinggung peristiwa penyerbuan kantor PDIP yang menewaskan sejumlah kader pada 1996 silam.
Megawati, kata Putra, saat itu mengambil langkah ke pengadilan dan tidak melancarkan serangan balik.
"Kita menunjukkan bahwa kita beradab. Itu tahun 1996 lho, 27 tahun lalu Ibu Mega dan PDI sudah begitu, apalagi sekarang. Masa cuma digitu-gituin terus marah? Kan enggak. Kita klarifikasilah," tutur Putra.
"Ini makanya saya tulis cuitan itu mengajak oknum-oknum netizen untuk beradab. Beradab aja. Itu aja. Makanya kalau melihat sesuatu dengan konteks, jangan dipotong-potong, dipelintir."
Putra menekankan tak akan lelah melakukan klarifikasi karena adu domba itu dilakukan di ranah publik. Ia pun tak bakal lelah menyampaikan program perjuangan partai di media sosial.
Ia tak berkomentar banyak soal partainya akan membawa perkara adu domba ini ke ranah hukum atau tidak.
Menurutnya, hal itu tergantung dengan bidang hukum yang ada di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP.
"Kalau itu kan ranahnya DPP ya. DPP kan punya bidang hukum, itu terserah itu nanti bagaimana. Namun, kalau kita sebagai kader, ya kita hadapilah [di ranah publik]," tuturnya.
Isu ini menjadi perhatian setelah PDIP menyelenggarakan perayaan ulang tahun ke-50 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, pada Selasa (10/1).
Acara itu turut dihadiri sejumlah tokoh, mulai dari Presiden Jokowi,Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Ketua DPR RI Puan Maharani,Sekretaris Kabinet Pramono Anung,Menteri Sosial Tri Rismaharini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif.
Dalam pidatonya, Megawati menyinggung berbagai hal, mulai dari jasa Presiden Sukarno, peran perempuan, pemecatan kader yang enggan blusukan ke masyarakat, hingga peran PDIP dalam kepimpinan Jokowi.
"Padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga aduh, kasihan dah," kata Megawati yang disambut tepuk tangan kader.
Jokowi tampak merespons pernyataan tersebut dengan senyuman.
"Lho, legal formal, lho. Beliau jadi presiden itu kan ini, legal formal. Ikuti terus kan sama saya aturannya, aturan mainnya," kata Mega. [rgo]