WahanaNews.co | Resesi ekonomi turut memengaruhi
perilaku konsumsi masyarakat. Hal
ini terlihat dari indeks konsumen (ikon) Indonesia yang menunjukkan penurunan
sebesar 0,03 poin (dari 0,64 ke 0,61) pada 5 November 2020 ketika secara resmi
diumumkan bahwa Indonesia mengalami resesi.
Big data expert dari Indef Datalyst Center, Omar Abdillah, menjelaskan, ikon Indonesia merupakan indeks yang
menggambarkan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang dibangun dengan
menggunakan pendekatanbig datamelalui
data internet atau media sosial. Perilaku konsumsi meliputi konsumsi masyarakat,
pendapatan, per laku kredit, dan pajak.
Baca Juga:
5 Pelaku Pertalite Campur Air di SPBU Bekasi Ditangkap Polisi
Mengenai metodologinya, menggunakanbig data,
Indeks Konsumen Indonesia dibangun dengan menangkap pembicaraan dan opini
masyarakat di media sosial terkait kondisi pendapatan, pengeluaran, daya beli,
pajak, dan komponen lain dalam teori konsumsi. Selanjutnya, setiap pembicaraan
akan dianalisissentimentyang
terkandung di dalamnya. Sentimen ini merepresentasikan persepsi masyarakat
terhadap suatu kondisi.
"Ketika resesi diumumkan, pendapat atau pandangan masyarakat
tentang perilaku konsumsi, pendapatan, perilaku pajak dan kredit sebagai
komponen Indeks Konsumen Indonesia cenderung lebih ke negatif atau mengalami
penurunan," kata Omar Abdillah dalam acara diskusi yang digelar Indef, Minggu
(8/11/2020).
Omar memaparkan, untuk komponen konsumsi masyarakat turun 0,01 poin,
pendapatan turun 0,002 poin, perilaku kredit turun 0,13 poin, sedangkan pajak
naik 0,02 poin.
Baca Juga:
Jelang Ramadan, Mendag Tinjau Harga Bapok di Pasar Tambun Bekasi
"Khusus untuk komponen konsumsi masyarakat yang turun 0,01 poin,
ketika ada pengumuman resesi, kita melihat banyak sekali pembicaraan mengenai
resesif dan juga ajakan untuk meningkatkan konsumsi untuk mengurangi dampak
resesi. Jadi orang-orang mulai resah dan mulai takut dampak resesi ini menimpa
mereka, sehingga saling memberikan saran untuk meningkatkan konsumsi," papar
Omar.
Untuk komponen pendapatan, seputar banyaknya pabrik yang
bangkrut dan buruh di-PHK, serta kekhawatiran buruh akan di-PHK. Kemudian
komponen perilaku kredit, umumnya kesulitan membayar cicilan mobil dan motor
serta tagihan kartu kredit yang membengkak.
"Untuk komponen perilaku pajak yang meningkat 0,02%,
pembicaraannya berhubungan dengan beberapa kebijakan insentif pajak dari
pemerintah dan ajakan untuk membayar pajak," kata Omar.