WahanaNews.co | Dari hasil penyelidikan Sejumlah penyimpangan ditemukan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pada Tragedi Kanjuruhan.
Keganjilan pertama yang ditemukan tim yakni sistem penjualan tiket. Dari hasil penyelidikan ditemukan penjualan tiket secara online tidak berjalan dengan baik.
Baca Juga:
Ingat Suporter Mengerang di Kanjuruhan, Panpel Arema FC Menangis
Kesimpulan awal itu didapat tim setelah melakukan pembicaraan dari pemilik klub. “Semua fakta kami kumpulkan, kami juga sudah berbicara dengan pemilik klub. Kami di situ melihat ada persoalan management event yang parah, yang cukup menjadi persoalan bertahun-tahun terpelihara,” kata Anggota TGIPF Rhenald Kasali.
Dijelaskannya, ada pihak-pihak tertentu yang disindir menggembosi penjualan tiket secara online itu. “Mislanya saja, mengapa penjualan tiket online ini tidak berhasil. Rupanya ada pihak-pihak yang berkepentingan, yang tidak berhasil diatasi. Kalau tiket online berhasil dijalankan maka dipastikan setiap event itu ada data siapa yang melakukan apa, semua big datanya bisa diambil. Ini tidak dijalankan,” kata dia.
Keberadaan petugas keamanan keamanan di dalam lapangan, jelas dia, menjadi salah satu point yang dikaji tim. Melihat tragedi di Kanjuruhan, ke depan, dimungkinkan tidak ada lagi petugas yang berada di dalam lapangan.
Baca Juga:
Sidang Kanjuruhan, Ahli: Gas Air Mata Tak Bisa Dideteksi di Jenazah
“Kami juga sudah mempelajari aturan-aturan FIFA yang selama ini, barangkali ini juga harus menjadi objek perubahan, yaitu Polisi tidak boleh lagi ada di dalam lapangan. Jadi polisi harus berada di luar,” jelas dia.
Dari hasil penelitian sementara, kuat dugaan adanya koordinasi yang tidak berjalan antara petugas yang ada di dalam dan luar, hingga akhirnya terjadi peristiwa yang menewaskan ratusan Aremania itu.
“Nah kelihatannya tidak ada koordinasi antara polisi yang ada di dalam dan di luar. Yang di dalam itu menembakkan ke arah Tribun, sedangkan dari Tribun tidak ada pintu keluar yang dibuka,” papar dia.
“Sementara di luar itu ada gerakan bagaimana tim lawan, tim Persebaya itu harus berangkat ke luar. Jadi itu juga kemungkinan ada yang memerintahkan untuk menutup. Itu beberapa bukti yang kita kumpulkan,” lanjut Rhenald.
Terkait penggunaan Gas Air mata, Rhenald menjelaskan, tim melakukan uji laboratorium. Tim, jelas dia, juga akan meminta dilakukan autopsi. “Kemudian tim kami juga telah mengumpulkan gas air mata yang digunakan, sudah dibawa ke laboratorium. Kami minta untuk di otopsi, akan diperiksa di laboratorium mengenai racun yang masih ada di gas air mata itu. Jadi itu lah sementara, dan kami akan menggelar rapat pleno dalam waktu dekat. Semua fakta kami kumpulkan,” beber dia. [rsy]