WahanaNews.co | Terkait banyaknya suara publik yang menagih pertanggungjawaban pihaknya dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atas kasus gagal ginjal akut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin enggan berkomentar.
Menurut Budi, saat ini yang lebih penting adalah fokus pada upaya penyelamatan balita. Sebagai informasi, kasus gagal ginjal akut di Indonesia sampai Rabu (26/10), telah membuat 157 anak meninggal dunia.
Baca Juga:
RSCM Jakarta Catat Seejarah, Sukses Operasi Pasien Pakai Teknologi Robotik
"Kalau saya ngeliatnya lebih penting menyelamatkan bayi-bayinya, dari kematian. Lebih baik tenaganya kita pakai untuk bisa menjaga bayi kita terjaga," kata Budi di Kuningan, Jakarta, dikutip Sabtu (29/10).
Tidak hanya itu, Budi juga enggan berkomentar lebih jauh soal adanya potensi kelalaian dalam kasus ini.
"Kalau kita lihat ini sih, kita serahkan saja kepada teman-teman di bidang hukum," ujarnya.
Baca Juga:
Kasus Bullying PPDS, Menkes Minta Semua Fakultas Kedokteran Investigasi
"Tapi kalau saya, saya ngerasa, yuk kita konsentrasinya beresin ini supaya tidak lebih banyak lagi bayi-bayi kita yang meninggal. Nyawa lebih penting," imbuhnya.
Puluhan buruh sebelumnya berunjuk rasa di depan Kantor Kementerian Kesehatan di Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (28/10). Mereka mulai menyampaikan orasi sejak pukul 10.30 WIB.
Mereka menyuarakan lima tuntutan. Pertama, buruh meminta pemerintah mengusut tuntas kasus meninggalnya 157 pasien anak akibat gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia.
Kedua, mereka juga mendesak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengundurkan diri.
"Kami meminta ketegasan pemerintah, hari ini juga memecat secara tidak hormat Menteri Kesehatan dan Kepala BPOM," kata Perwakilan Serikat Pekerja Nasional (SNP) Buya, Jumat (28/10).
Adapun jumlah temuan kasus GGAPA di Indonesia telah mencapai 269 orang per Rabu (26/10). Ratusan kasus itu tersebar di 27 provinsi Indonesia dengan kasus kematian ditemukan pada 157 anak.
Tarik peredaran
PT Universal Pharmaceutical Industries menarik seluruh obat sirop Unibebi dari peredaran karena tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas.
Hermansyah Hutagalung, kuasa hukum PT Universal Pharmaceutical Industries, mengatakan sisa obat sirop Unibebi yang beredar tersebut telah ditarik seluruhnya antara lain sebanyak 185.112 botol di Jakarta dan 67.176 botol di Medan.
"Sisanya Unibebi Cough sirop 173.880 botol, Unibebi Demam Drops 11.232 botol jumlah totalnya 185.112 botol di Jakarta. Kalau di Medan totalnya 67.176 botol ditarik semuanya. Karena kita turut bertanggung jawab dan patuh pada BBPOM, " kata Hermansyah, Sabtu (29/10).
Tak hanya itu, operasional perusahaan untuk sementara dihentikan. Akan tetapi dihentikannya operasional perusahaan tentu berdampak pada ratusan pekerja yang bekerja di sana. Karena itulah, ia berharap masalah tersebut cepat dituntaskan.
"Harusnya perusahaan kita tidak berhenti karena hanya ada tiga produk yang ditarik. Karena ini menyangkut dua ratus lebih pekerja, kalau kita rumahkan mereka bagaimana keluarganya, dan gajinya juga menjadi perhatian kita. Perusahaan kita haruslah dianggap sebagai pihak yang menjadi korban dalam keadaan ini, " urainya. [tum]