Ia menginginkan agar alat-alat tersebut dipasang di sejumlah titik, sehingga pemerintah memiliki data yang akurat dan real time terkait kondisi kualitas udara di daerah tersebut.
Namun menurutnya, KLHK menyepakati untuk menyediakan satu alat canggih dan akan dipasang di sekitaran GBK.
Baca Juga:
Peneliti Sebut Kemiskinan dan Polusi Punya Dampak Buruk Buat Otak
Selain itu, Budi juga menyarankan agar pemerintah memaksimalkan penggunaan empat alat lainnya untuk mengidentifikasi penyebab polutan, sehingga nantinya pemerintah tidak salah arah dalam memutuskan intervensi atas permasalahan polusi udara ini.
Empat alat itu, yakni high volume air sampler, gas chromatography mass spectrometry, X-ray fluoresence, dan fourier transform infra red.
Guna melindungi diri dari paparan polusi udara yang bisa memicu penyakit pernapasan, Budi mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker jenis KF94 dan KN95.
Baca Juga:
Jadi Solusi Masalah Krisis Iklim Global, Apa Itu Mikroalga?
"Beban kita paling besar adalah untuk penanganan kuratifnya. Preventifnya kita, instrumentasi kita, adalah edukasi dan pakai masker, maskernya jenisnya juga sudah kita sampaikan, dan sudah diputuskan itu mandatory," kata Budi, melansir CNN Indonesia.
Alasan Budi memilih jenis masker KF94 dan KN95 adalah karena kedua masker tersebut aman dan mampu menahan partikulat meter (PM) 2,5. Menurutnya, PM 2,5 berbahaya lantaran partikel kecil itu mampu masuk ke pembuluh darah hingga ke paru-paru.
"Tapi maskernya yang KF94 atau KN95 minimum, yang memiliki kerangketan untuk menahan PM2,5, karena yang bahaya itu 2,5," pungkasnya.