Dan opsi ketiga PAN mengusung Ketua Umum Zulkifli Hasan sebagai Cawapres mendampingi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Capres 2024.
"Kalau lebih beratnya, kecenderungan memang kan ada pada opsi utama yang memang arahnya kita ke Prabowo, yang kedua Ganjar, dan skenario yang kita bangun tadi untuk opsi ketiga," jelasnya.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
Selain PAN, Fikri juga menyebut ada kemungkinan Golkar akan bergabung bergabung bersama dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Dengan demikian, opsi cawapresnya nanti akan digodok dari masing-masing tiga ketua parpol, sementara Capres sudah pasti Prabowo.
Tiga kandiat cawapres yang dimaksud yakni Zulkifli Hasan, Airlangga, atau Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Opsi itu menurutnya memungkinkan terjadi, mengingat PPP yang merupakan mitra PAN dan Golkar di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sudah berlabuh dan memutuskan mengusung Ganjar sebagai Capres 2024.
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
"Memang semuanya itu akan dikaji matang semua sisi. Tetapi memang kita sih berharap dalam awal-awal bulan Juni itu ada keputusan agar kita segera menentukan sikap agar kader di seluruh Indonesia mendapatkan kepastian sosok capres," ujarnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menduga skenario poros keempat untuk mencalonkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan dalam Pilpres 2024 adalah taktik untuk mengacak-acak peta politik.
Adib mengatakan kecil peluang poros keempat yang dibangun Golkar dan PAN terealisasi. Alasannya, dua ketua umum dari partai masing-masing tak memiliki elektabilitas bagus dan populer.