WahanaNews.co | Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi mengungkapkan, karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan kerap berpikir teknis, maka ia menjanjikan rangkaian kunjungan kerja (kunker)-nya ke berbagai daerah tak akan bersifat seremonial.
Hal itu disampaikan Harvick saat mengunjungi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) di Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, belum lama ini.
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Siap Perkuat Visi Presiden Prabowo Wujudkan Swasembada Pangan
“Namun benar-benar guna menyerap informasi langsung dari lapangan, dan untuk memberi solusi nyata dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Upaya memberi solusi dalam kunjungan kerjanya itu, langsung dibuktikan Harvick saat berdiskusi langsung dengan sejumlah petani.
Seperti yang dirasakan Robin Nur Iskandar, petani muda asal Cikidang, Sukabumi. Petani milenial yang bergerak di bidang budidaya jamur ini mengeluh kepada Harvick soal kesulitannya dalam upaya perluasan lahan pertanian jamur di daerahnya.
Baca Juga:
Kementan Ajak Jepang Ikut Perkuat Program Pertanian Indonesia
Menurut Robin, saat dirinya curhat langsung kepada Bupati Sukabumi tentang niatnya mengembangkan budidaya jamur dengan ingin memanfaatkan lahan Perhutani, ia justru diminta bernegosiasi sendiri dengan pihak Perhutani.
"Jadi saya berharap Pak Wamen, bisa membantu kami untuk dapat memanfaatkan lahan Perhutani itu," ujarnya.
Mendengar keluhan itu, Harvick berjanji akan segera berbicara dengan Bupati Sukabumi. Ia akan meminta Bupati setempat agar segera membantu Robin dalam menegosiasikan keinginannya dengan pihak Perhutani di wilayah Sukabumi.
"Saya akan bantu rencana penggunaan lahan Perhutani. Tetapi masing-masing kabupaten punya peraturan daerahnya sendiri, jadi saya tetap harus berbicara dahulu dengan Pak Bupati, tidak bisa bypass," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Harvick juga langsung memberikan secara gratis Bibit Kelapa bersertifikat dari BALITTRI kepada Akbar, petani asal Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Sebelumnya, Akbar mengeluh kepada Harvick tentang proposal permintaan bibitnya ke Balitbang Perkebunan di Bogor yang belum ditanggapi, padahal sudah cukup lama diajukan.
"Saat ini juga, proposal permintaan bibit kelapa yang Pak Akbar sampaikan, saya penuhi. Dan bibit kelapa dari BALITTRI ini harus benar-benar ditanam dan dikembangkan daerah bapak," ungkapnya.
Solusi lain yang dilakukan Harvick adalah ketika meninjau Laboratorium Penelitian Bioenergi BALITTRI, yang telah berhasil memproduksi Biodesel dari bahan baku Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit.
Menurut Kapus Balitbang Perkebunan, Syafaruddin, dari proses penelitian 15 tahun tim peneliti BALITTRI, kini telah berhasil mengolah 1 Metrik Ton CPO menjadi 820 Metrik Gram Biodesel.
"Ini tentu sebuah hasil penelitian yang menggembirakan. Karena, 82 persen bahan CPO yang diolah, mampu dijadikan bahan bakar biodiesel berkualitas," ujarnya.
Mendapat laporan keberhasilan itu, Harvick berjanji akan segera melaporkan langsung kepada Presiden Jokowi dalam forum Rakor Kabinet Indonesia Maju.
"Keberhasilan Tim Peneliti BALITTRI ini patut diapresiasi. Karenanya, saya akan laporkan langsung kepada Presiden dalam Rakor Kabinet mendatang, agar diambil langkah-langkah strategis berkaitan dengan keberhasilan produksi bioenergi ini," katanya.
Lebih jauh, Harvick dalam setiap kunkernya juga selalu menantang petani milenial agar melakukan inovasi. Juga ia tak bosan-bosan mengajak pemerintah daerah, agar segera mendirikan perusahaan daerah.
Sebab menurutnya, ada beberapa kabupaten di Indonesia yang cukup maju dan kaya secara potensi sumber daya manusia dan alamnya, namun tak punya perusda atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Ini kan sangat disayangkan sekali. Karena Presiden mengharapkan agar hilirisasi hasil pertanian harus terus digalakkan, untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional. Dengan adanya 'Satu Pemda Satu Perusda' proses hilirisasi akan maju, dan lapangan kerja pasti akan terbuka," ungkapnya. [rin]