Pergantian pelatih yang terlalu sering, menurutnya, hanya akan mengacaukan konsep permainan yang sedang diterapkan baik di level senior maupun kelompok usia.
"Memang kita perlu yang namanya tadi pembangunan secara menyeluruh. Kalau kita lihat juga sekarang formasi Timnas U-23 kita dan senior sudah mulai bermain dengan posisi 4 back, dengan konsep ball position dan menyerang. Ya, ini memang kalau diubah terus nanti akhirnya konsep daripada pembangunan formasi ke depan berubah-berubah lagi. Nah, ini yang kita harus jaga, kita harus sabar," ucapnya.
Baca Juga:
Patrick Kluivert Pulangkan Marc Klok ke Timnas, Ini Dampak Positifnya
Ia juga menekankan bahwa performa Timnas U-23 sejauh ini tidak mengalami penurunan drastis.
Bahkan, skuad muda Garuda sukses menembus final AFF secara beruntun, yang menjadi indikator positif perkembangan tim.
"Ya, kembali ada risiko tapi saya rasa hasilnya kemarin di AFF cukup baik, kita back to back ketemu di final ya. Jadi bukan situasi yang merosot," ujarnya.
Baca Juga:
Piala Soeratin U-13 dan U-15 Jambi Resmi Dibuka, Gubernur Tekankan Pembinaan Atlet Muda
Selain soal hasil jangka pendek, Erick menegaskan bahwa fokus utama PSSI saat ini adalah persiapan menuju Olimpiade 2028.
Dengan begitu, Piala Asia U-23 2026 bukanlah tujuan akhir, melainkan bagian dari proses panjang pembentukan tim nasional yang lebih solid.
"Hari ini memang saya sudah sampaikan bahwa waktu itu kita bicara memang kan kita fokus kepada Olimpiade 2028. Di mana Piala Asia tahun ini tidak merupakan kualifikasi Olimpiade. Jadi ya memang berbagai pertimbangan nanti kita lihat," kata Erick menutup pernyataannya.