WahanaNews |
Dipicu kesulitan uang, Persipura Jayapura akhirnya memutuskan untuk bubar, terhitung
mulai Rabu (6/1/2021).
Baca Juga:
Siapkan Laga Perdana, Panpel Persipura Koordinasi dengan LIB
Hal ini tidak terlepas dari keputusan sponsor utama
Persipura, Bank Papua, yang menarik dukungannya. Ketidakjelasan mengenai
lanjutan kompetisi Shopee Liga 1 diduga jadi salah satu penyebab Bank Papua
menarik diri.
"Hari ini, Rabu 6 Januari 2021, kami putuskan Persipura
hentikan seluruh aktivitas. Situasi finansial semakin sulit bagi kami untuk
terus membayar gaji pemain, pelatih, dan seluruh ofisial, hal ini karena Bank
Papua sudah memastikan bahwa mereka tidak dapat membayarkan sisa kontrak
(senilai) Rp 5 Miliar," kata Ketua Umum Persipura, Benhur Tomi Mano.
"Jadi terhitung sejak kompetisi terhenti bulan Maret
lalu, Persipura Jayapura hanya disokong oleh PT Freeport, Kuku Bima, dan
anggaran dari manajemen. Walaupun kompetisi tidak berjalan, tetapi kami tetap
membayar gaji seluruh pemain, pelatih, dan ofisial," ujarnya menambahkan.
Baca Juga:
Persipura Jayapura Galau
Tim Mutiara Hitam ini sebetulnya mendapat slot untuk
mewakili Indonesia di Piala AFC 2021. Dengan bubarnya klub, situasi ini bisa
membuat Persipura kehilangan hak tampil di Asia.
"Kami sangat menyayangkan situasi ini, padahal kami
punya kesempatan untuk berlaga di AFC Cup 2021. Kami tidak mungkin memaksakan
tim berjalan tanpa membayar gaji pemain, pelatih dan ofisial," ujarnya.
"Kami juga kaget dengan dengan kepastian Bank Papua
yang tidak bersedia membayar sisa kontrak, padahal kami dengar yang disampaikan
oleh Komisaris Utama adalah akan tetap ada dana untuk pembinaan pemain
Persipura walaupun kompetisi tidak berjalan. Tapi ternyata tidak bisa
dibayarkan," tutur pria yang juga menjabat sebagai Walikota Jayapura
tersebut.
Persipura juga merasa digantung oleh Bank Papua. Pihak klub
sudah sejak lama meminta kejelasan terkait pendanaan sponsor, namun malah
mendadak mengambil keputusan penghentian kerjasama.
"Kami sebenarnya sudah beberapa kali meminta kejelasan
dan kepastian dari Bank Papua, tetapi baru hari ini mereka nyatakan tidak
membayar, seandainya sejak awal disampaikan mungkin kita akan mencari jalan
lain sebagai solusi, jadi selama ini kita digantung-gantung terus untuk sesuatu
yang ternyata tidak jelas, kita di PHP berbulan-bulan," Benhur menyesali. [dhn]