Mengacu tiga pertandingan babak grup, Korea Utara tak bisa diremehkan. Tim asuhan O Thae Song ini memulangkan dua tim kuat sepak bola Asia, Iran dan Oman.
Bukan hanya itu, Korea Utara U-17 juga tampil spartan. Layaknya tim-tim Asia Timur, mereka memiliki ketahanan fisik yang stabil; berlari dan mengejar bola sepanjang laga.
Baca Juga:
Kalah Telak, Tapi Berprestasi: Perjalanan Heroik Timnas U-17 di Piala Asia 2025
Bisakah Indonesia mencipta warisan baru di pentas Asia, seperti diciptakan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 (2024) dan Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024?
Timnas Indonesia U-17 belum pernah bentrok dengan Korea Utara U-17 di pentas Piala Asia U-17. Duel pada edisi 2025 ini adalah yang perdana dalam sejarah kedua negara.
Indonesia U-17 yang diasuh Nova Arianto memang lebih diunggulkan, tetapi tetap diragukan. Sebab utamanya, Indonesia tak punya sejarah besar dalam pentas ini.
Sebaliknya Korea Utara sudah dua kali angkat piala, yakni pada edisi 2010 dan 2014. Tim berjulukan Samba of East Asia ini juga pernah dua kali jadi runner up turnamen.
Baca Juga:
Bintang Muda dari Depok: Fakta Unik Aldyansyah Taher, Penentu Kemenangan Timnas U-17
Oleh karena itu kecerdikan Nova akan diuji. Kejalian strategi mantan asisten Shin Tae Yong di Timnas Indonesia ini dites oleh permainan spartan negeri komunis tersebut.
Dalam tiga pertandingan babak Grup C, strategi yang diterapkan Nova berjalan dengan baik. Kombinasi pragmatisme dan progresif tergambar dalam sentuhan Nova.
Saat melawan Korea Selatan, Nova merekonstruksi Putu Panji dan kawan-kawan menerapkan sepak bola catenaccio Italia. Ya, Indonesia U-17 bermain gaya bertahan grendel.