WahanaNews.co - Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini memiliki potensi pariwisata yang siap untuk dikembangkan guna meningkatkan perekonomian dan lingkungan yang ada.
Ekowisata memiliki kaitan yang sangat erat dan strategis dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia ditargetkan menjadi negara maju, makmur, dan berdaulat pada satu abad kemerdekaannya.
Baca Juga:
ABMM Perkuat Komitmen ESG Melalui Buku "ABM dan Sepenggal Kisah Pembelajaran"
Keterkaitan ini dapat dilihat dari beberapa pilar utama yang menjadi fondasi visi tersebut. Perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak yang positif bagi perekonomian dan lingkungan yang ada. Pariwisata menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia baik pada tataran pusat, daerah, maupun masyarakat.
Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelenggara paket wisata.
Namun banyak kegiatan ekonomi lainya yang berkaitan dengan pariwisata, seperti transportasi, telekomunikasi, dan perbankan. (Hayu Primajaya)
Baca Juga:
Pariwisata Bengkayang Sumbang PAD Sebesar Rp2,110 Miliar untuk Kalbar
Definisi ekowisata pertama kali di perkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society yang mendefinisikan mengenai ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan menuju wisata kearah alami yang di lakukan dengan memiliki tujuan melestarikan lingkungan dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat (Joko Tri Haryanto).
Selain itu Definisi ekowisata dapat kita lihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah, di jabarkan bahwa Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Ekowisata dapat dibagi menjadi 4 jenia (Sugiarto), yaitu
1. Ekowisata Bahari
Ekowisata bahari (marine ecotourism) adalah ekowisata yang daya tarik utamanya berupa laut dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (di atas permukaan laut maupun di bawah permukaan laut) serta kawasan di sekitarnya. Kawasan di sekitar laut ini termasuk di dalamnya adalah pesisir/pantai serta pulau-pulau kecil.
2. Ekowisata Hutan
Ekowisata hutan adalah ekowisata yang daya tarik utamanya berupa hutan dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (flora dan fauna) serta kawasan di sekitarnya (misal permukiman di tepi hutan). Daya tarik utama ekowisata hutan umumnya berupa keanekaragaman hayati dan terkait dengan keunikan (kelangkaan).
3. Ekowisata Pegunungan
Ekowisata pegunungan merupakan ekowisata yang objek utamanya adalah gunung dan segala sesuatu yang terkait dengan keberadaannya. Secara umum gunung dapat diartikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa ekowisata pegunungan mengacu kepada hal yang spesifik, biasanya dikaitkan dengan gunung berapi yang masih aktif (ada yang memakai istilah wisata vulkanologi atau ekowisata vulkanologi).
Meskipun demikian, istilah ekowisata pegunungan sebenarnya memiliki cakupan yang luas, yaitu bentuk ekowisata yang objek utamanya adalah gunung (baik itu gunung api yang masih aktif, tertidur, maupun yang diduga sudah mati berdasarkan kajian para ahli) dan segala sesuatu yang terkait dengan keberadaannya.
4. Ekowisata Karst
Ekowisata karst merupakan ekowisata yang daya tarik utamanya adalah daerah atau kawasan batuan kapur atau karst, baik yang tampak di permukaan bumi (eksokarst) maupun yang berada di bawah pennukaan bumi (endokarst), serta segala hal yang terkait dengannya
Ekowisata merupakan salah satu sektor pariwisata yang dapat menguntung dari berbagai aspek apa bila ekowisata tersebut dikelola dengan baik, namun sebaliknya jika ekowisata tidak dikelola dengan baik dan benar maka akan menimbulkan masalah baru dan berdampak negatif terhadap Masyarakat (Emmita Devi Hari Putri, dkk).
Beberapa dampak positif dari ekowisata, dilihat dari segi ekonomi makro (Yoeti) yaitu: (1) Menciptakan kesempatan berusaha; (2) Menciptakan kesempatan kerja; (3) Meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat sebagai akibat multiplayer effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relative cukup besar; (4) Meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah; (5) Meningkatkan pendapatan daerah atau Gross Domestic Bruto (GDB); (6) Mendorong peningkatan investasi dari sektor industry pariwisata dan sektor ekonomi lainnya; (7) Memperkuat neraca pembayaran.
Bila neraca pembayaran mengalami surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca Indonesia dan sebaliknya Ekowisata bukan sekadar tren pariwisata, tetapi sebuah strategi nyata yang dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya, ekowisata menciptakan sinergi yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan, pemerataan kesejahteraan, dan penguatan identitas bangsa.
Dengan demikian, pengembangan ekowisata yang terencana dan terkelola dengan baik adalah investasi masa depan untuk mencapai visi besar Indonesia di tahun 2045. Ekowisata menawarkan model pembangunan yang saling menguntungkan. Alam tetap terjaga, sementara masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini menciptakan siklus positif di mana keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan ekonomi berjalan beriringan.
[Redaktur: JP Sianturi]