WahanaNews.co | Pernah melihat hewan hingga organ makhluk hidup direndam di toples kaca berisi alkohol? Pemandangan ini umum dijumpai di laboratorium hingga museum. Kenapa spesimen tersebut diawetkan dengan alkohol?
Perendaman hewan dan organ di dalam alkohol disebut sebagai pengawetan cairan. Teknik perendaman dengan alkohol sudah digunakan sejak tahun 1600-an oleh ilmuwan untuk mengawetkan spesimen-spesimen yang hendak diteliti lebih jauh.
Baca Juga:
Gegara Pengaruh Alkohol Pria di Serang Pukuli Ponakan hingga Tewas
Menurut American Museum of National History, jika tekniknya benar, perendaman dengan alkohol bisa mengawetkan spesimen hingga ratusan tahun.
Cara Kerja Alkohol Mengawetkan Hewan dan Spesimen Lain
Asisten Profesor Kimia di Indiana University Bloomington Bill Carroll menuturkan, sederhananya, alkohol bersifat racun bagi mikroorganisme pembusukan. Karena itu, yang direndam dalam alkohol bisa awet.
Baca Juga:
Sindrom Fermentasi Usus, Penyebab Wanita Kanada Mabuk 2 Tahun Meski Tak Konsumsi Alkohol
Carroll mencontohkan, minuman anggur (wine) dibuat dengan cara ragi memakan kandungan gula dari buah anggur sehingga mengeluarkan alkohol. Namun, ragi mengeluarkan begitu banyak alkohol sehingga konsentrasinya menjadi beracun dan membunuh ragi.
Kandungan alkohol pada minuman anggur, yang sekitar 14 persen, dapat menunda pertumbuhan bakteri selama bertahun-tahun.
Menurut California Wine Advisor, dalam kasus wine, produsennya juga menambahkan bahan pengawet tambahan seperti belerang.
DNA Juga Jadi Awet
DNA, jaringan, atau bahkan seluruh tubuh hewan spesimen juga bisa awet di dalam rendaman alkohol.
Manajer Koleksi Ikan di Burke Museum Seattle, Katherine Maslenikov, menggarisbawahi, pengawetan spesimen-spesimen di atas akan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi.
Maslenikov sendiri mengandalkan alkohol 70 persen, terutama etanol, untuk penyimpanan jangka panjang spesimen ikannya.
Ia mencontohkan, saat mengambil spesimen ikan, Maslenikov akan mengambil beberapa sampel jaringan untuk analisis DNA dan menyuntikkan ikan dengan formalin, larutan gas formaldehida yang dilarutkan dalam air. Penyuntikan dengan formalin dilakukan agar proses biologis internal berhenti, antara lain reaksi enzimatik dan degradasi jaringan.
Lalu, spesimen ikan bisa direndam dalam toples berisi alkohol 70 persen, air 30 persen untuk penyimpanan jangka panjang.
Menurutnya, proporsi tersebut memungkinkan ada cukup air dalam larutan sehingga jaringan akan tetap terhidrasi, yang membantu hewan atau spesimen mempertahankan bentuknya. Sementara itu, ada cukup alkohol untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri.
Jika terlalu banyak alkohol, kata Maslenikov, maka spesimen akan kering dan tampak layu karena kehilangan air, serta rapuh karena proteinnya mengeras. Di sisi lain, spesimen juga bisa cepat rusak jika menahan terlalu banyak air.[zbr]