WahanaNews.co, Jakarta – Ada yang menyebut sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.
Aplikasi di HP Android bisa diinstal secara resmi melalui Google Play Store. Kendati begitu, pengguna HP Android juga bisa menginstal aplikasi dari website atau sumber lainnya.
Baca Juga:
Bisa Kuras Rekening, Pengguna Gmail Wajib Waspada jika Dapat Link Ini
Mekanisme ini disebut 'sideloading'. Diskusi soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi.
Melansir dari CNBC Indonesia, Selasa (21/11/2023), banyak pula yang menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.
Sebagai informasi, sideloading tidak bisa dilakukan di iPhone. Apple sejak dulu melarang keras mekanisme tersebut.
Baca Juga:
Incar Isi Rekening, Link Berbahaya di Gmail Kini Bisa Menyamar
Hal ini juga menjadi salah satu perbedaan kunci antara sistem operasi iOS milik Apple dan Android milik Google.
iOS benar-benar eksklusif. Semua aplikasi yang diinstal ke iPhone dan iPad harus melalui toko aplikasi Apple App Store.
Kendati demikian, Undang-Undang Pasar Digital (DMA) yang ditetapkan oleh Uni Eropa akan memaksa Apple mengakomodir mekanisme sideloading pada perangkatnya. DMA menilai sideloading penting agar tak terjadi praktik monopoli.
Sejauh ini Apple masih menentang ketetapan tersebut dengan dalih menjaga keamanan pengguna. Bahkan, Apple hendak menggugat Eropa karena menilai layanan App Store tak masuk dalam kategori 'gatekeeper' yang harus mematuhi DMA.
Terlepas dari itu semua, Apple juga perlu bersiap jika kalah dan pada akhirnya harus tunduk pada DMA. Dengan demikian, Apple mau tak mau jadi makin mirip Android di masa depan.
Peringatan CEO Google soal Sideloading
Menariknya, Google yang merupakan pencipta Android sebenarnya turut mengakui bahaya dari sideloading. Dalam kesaksiannya, CEO Google Sundar Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.
Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai 'senjata'. Menurut Apple, bahkan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.
Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.
Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.
Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.
[Redaktur: Alpredo Gultom]