WahanaNews.co | Badai Matahari diperkirakan akan terjadi pada Kamis (17/07/23). Fenomena ini akan membuat sejumlah negara bagian di Amerika Serikat (AS) bisa melihat aurora borealis.
Institut Geofisika di University of Alaska di Fairbanks memperkirakan aurora akan terlihat di 17 negara bagian AS, yakni di Alaska, Oregon, Washington, Idaho, Montana, Wyoming, Dakota Utara, Dakota Selatan, Minnesota, Wisconsin, Michigan, New York, New Hampshire, Vermont, Indiana, Maine, dan Maryland.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Dikutip dari AP, aurora borealis atau Northern Lights biasanya terlihat di Alaska, Kanada, dan Skandinavia, tetapi siklus Matahari 11 tahunan yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2024 membuat cahaya tersebut terlihat di tempat-tempat yang berada lebih selatan.
Tiga bulan yang lalu, aurora terlihat di Arizona, menandai badai geomagnetik parah ketiga sejak siklus Matahari ini dimulai pada 2019.
Siklus 11 tahunan yang memicu meningkatnya badai Matahari kerap dikhawatirkan dapat membuat kiamat internet. Kekhawatiran ini muncul salah satunya usai sebuah studi pada 2021 berjudul "Solar Superstorms: Planning Internet Apocalypse" diluncurkan.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Studi tersebut memprediksi ada badai matahari besar yang bisa merusak kabel-kabel internet terutama yang berada di bawah laut.
Kemudian, beberapa waktu lalu misinformasi berdasarkan peringatan dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS) (NASA) semakin memanaskan rumor tersebut.
Peringatan yang muncul lewat berita dan unggahan media sosial ini mencakup klaim soal badai matahari yang akan datang yang akan memicu pemadaman internet global pada dekade berikutnya.
Klaim itu juga mengatakan Parker Solar Probe milik NASA, yang diluncurkan pada 2018 untuk mempelajari Matahari dan cuacanya dari dekat, dapat menyelamatkan internet Bumi "dari kematian akibat badai matahari".
Namun, dikutip dari Space, NASA sebetulnya tidak pernah mengeluarkan peringatan soal kiamat internet.
Misinformasi yang menyebar merujuk kepada sebuah artikel yang dipublikasikan NASA pada Maret tentang usaha mereka memprediksi badai matahari menggunakan AI. Dalam artikel tersebut, NASA sama sekali tidak menggunakan frasa "kiamat internet."
Sejumlah pakar memprediksi badai matahari memang akan terjadi setelah aktivitas Matahari mencapai puncaknya dalam siklus 11 tahunan ini. Akan tetapi, tidak ada bukti untuk mendukung klaim soal kiamat internet tersebut.[sdy]