Tren baru-baru ini, yang tampaknya muncul pada tahun 2022, adalah peretas membuat permintaan data resmi saat mengumpulkan informasi sebagai persiapan untuk serangan terhadap pengguna layanan online.
Permintaan semacam itu telah diterima oleh ISP, jejaring sosial, dan perusahaan teknologi yang berbasis di AS dari akun email yang diretas milik lembaga penegak hukum.
Baca Juga:
Kepala BSSN Ungkap Sepanjang 2022 Ransomware Dominasi Serangan Siber di RI
Dalam keadaan normal, untuk mendapatkan data dari penyedia layanan di Amerika Serikat diperlukan surat perintah yang ditandatangani oleh hakim.
Namun, dalam situasi seperti nyawa atau kesehatan manusia terancam, Permintaan Data Darurat (EDR) dapat dikeluarkan.
Oleh karena itu, kemungkinan besar permintaan resmi akan dikabulkan jika terlihat ada kasus masuk akal dan berasal dari lembaga penegak hukum.
Baca Juga:
Data 200 Juta Pengguna Bocor, Begini Kata Twitter
Dengan cara ini, peretas dapat memperoleh informasi tentang korban dari sumber yang dapat dipercaya dan menggunakannya untuk serangan lebih lanjut.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.