"Paparan terhadap konsentrasi PM 2,5 yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada cardiovascular dan saluran pernapasan, terutama jika terpapar dalam waktu yang lama," kata Urip dalam keterangannya, Rabu (16/2/2022).
BMKG mengaku muncul kesalahpahaman informasi yang menyebut bahwa pencemaran udara menjadi penyebab penularan virus Covid-19.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Dia menilai perlu ada yang meluruskan soal kondisi monitoring PM 2,5 dengan dampak dan keterkaitannya terhadap Covid-19.
"Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya keterkaitan antara sebaran konsentrasi PM2,5 dan penularan Covid-19," kata Urip.
"Sehingga pernyataan yang menyebutkan bahwa PM 2.5 sebagai penyebab Covid-19 tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat," sambungnya.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Dia juga menyebut ada perbedaan data antara konsentrasi harian PM 2,5 dan jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta per 1 Januari sampai 6 Februari 2020.
Data memperlihatkan peningkatan kasus positif Covid-19 tidak memiliki kaitan terhadap konsentrasi PM 2,5.
"Lonjakan konsentrasi PM 2,5 yang terjadi misalnya di tanggal 5, 16, dan 30 Januari tidak seiring dengan penambahan kasus positif Covid-19 sehingga pernyataan yang menyebutkan bahwa paparan PM 2,5 menyebabkan peningkatan kasus positif Covid-19 tidak sesuai," kata Urip.