WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan dampak perubahan iklim di Indonesia menyasar wilayah Puncak Jayawijaya, Papua.
Dampaknya, tidak bisa dipungkiri, adalah bakal hilang atau mencairnya puncak gunung yang diselimuti es tersebut.
Baca Juga:
Diterjang 24 Gempa, Inilah Daerah Rawan di Kalimantan Bulan Ini
Pegunungan Jayawijaya memiliki wilayah yang selalu diselimuti salju, yaitu Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid.
Bahkan, salju tersebut dikatakan sebagai salju abadi.
Namun, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa es di puncak Pegunungan Jayawijaya, Papua, akan punah pada tahun 2025 atau tiga tahun mendatang.
Baca Juga:
Bertemu Kepala BMKG, Wamen Diana Bahas Mitigasi Bencana Hidrometeorologi untuk Kelancaran Arus Nataru
Dwikorita menyebut, hal itu disebabkan terjadinya kondisi cuaca eksrim serta perubahan iklim di dunia.
Hal itu disampaikan Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022).
"Penyusutan Gunung es, Puncak Jayawijaya yang di teliti oleh BMKG, diprediksi tahun 2025, es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jayawijaya lagi," kata Dwikorita.
Ia menambahkan bahwa saat ini tahun 2022, kondisi es di Puncak Jayawijaya tinggal 1 persen, dimana hanya tersisa 2 km persegi.
"Dan saat ini kondisinya tinggal 1 persen area es di Puncak Jaya, dari 200 km persegi sekarang tinggal 2 km persegi," ungkapnya.
Selain itu, Dwikorita menambahkan bahwa temperatur suhu yang terjadi di Jakarta mengalami peningkatan ekstrim.
Di mana dalam periode 100 tahun suhu udara di Jakarta telah meningkat 1 derajat celcius.
Padahal, dalam kesepakatan global telah disepakati bahwa kenaikan suhu 1 derajat celcius akan terjadi di tahun 2030 mendatang.
Namun, di tahun 2016, telah terjadi peningkatan suhu sebesar 1,5 derajat celcius di Jakarta.
"Padahal kesepatakan global itu dibatasi 1, derajat celcius nanti di tahun 2030. Ini data di tahun 2016," kata Dwikorita.
"Jadi ini mendahuli tahun 2030, jadi sudah hampir mencapai 1,5 (derajat celcius,red). Dan juga banjir Jakarta menunjukan data terakhir menunjukan frekuensi banjir meningkat pada dekade terakhir bersesuaian dengan intensitas curah hujan harian yang tinggi tahunan," jelasnya. [gun]