Sekitar 2050, dia menjelaskan indikator ketahanan pangan di sebagian besar dunia akan berwarna orange bahkan hitam. Indonesia akan masuk dalam kategori menengah atau orange.
"Dan kita akan kesulitan impor karena negara-negara penghasil pangan pun malah mengalami kekeringan lebih parah," ujarnya.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Dwikorita juga memaparkan hasil pantauan BMKG. Yakni penyebab perubahan iklim ditandai dengan lonjakan suhu Bumi terjadi karena konsentrasi Co2 di GAW Kototabang melonjak dari sekitar 370 ppm menjadi 415 ppm.
Padahal wilayah tersebut berada di tengah hutan dan tanpa polusi. Dengan catatan tersebut diperkirakan Co2 di wilayah perkotaan juga ikut melonjak dan mengakibatkan adanya selubung gas rumah kaca di atmosfer.
Selubung itu menyebabkan radiasi Matahari terhambat kembali ke angkasa. Pada akhirnya akan ada dampak di Bumi termasuk Indonesia, misalnya es puncak Jayawijaya yang diperkirakan punah tahun 2025 dan cuaca ekstrem terus sering terjadi.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
"Untuk itu BMKG melakukan pelatihan adaptasi perubahan iklim, meningkatkan literasi iklim untuk masyarakat, serta memperluas penerapan transformasi energi dari energi fosil ke nonfosil," pungkas Dwikorita.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.