WahanaNews.co | Permasalahan yang sering terjadi saat menanam cabai adalah penyakit daun kuning dan keriting cabai yang disebabkan oleh Begomovirus.
Dilansir dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Begomovirus sebagai patogen pada tanaman memiliki sifat yang hanya ditularkan melalui serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci) serta melalui penyambungan antara tanaman sakit dengan tanaman sehat, tetapi tidak dapat ditularkan secara mekanik ataupun melalui benih.
Baca Juga:
Indonesia Ternyata Impor Cabai-Bawang Putih dari Singapura
Akibat yang terparah adalah kehilangan hasil panen akibat begomovirus dapat mencapai 20 hingga 100 persen.
Gejala penyakit awal yang ditimbulkan pada tanaman cabai berupa bercak kuning sampai kuning cerah di sekitar tulang daun.
Tulang daun menguning dan pada akhirnya helaian daun menjadi berwarna kuning cerah, tulang daun menebal dan melengkung ke atas membentuk mangkuk (cupping).
Baca Juga:
Tak Puas Hasil Food Estate Humbahas, Luhut Langsung Ajak China Masuk
Apabila tanaman cabai terinfeksi sejak awal, tanaman akan menjadi kerdil, buahnya sedikit dan cacat (malformasi).
Gejala lain yang menyertai adalah pertumbuhan daun muda yang kecil-kecil dan bunga rontok, dan bahkan tanaman mati.
Pada gejala lanjut, terjadi perubahan bentuk daun (malformasi) menjadi mengeriting ke atas, menebal, dan ukurannya mengecil dan umumnya tanaman menjadi rapuh. Kemudian pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil).
Cara pengendalian penyakit daun kuning dan keriting pada tanaman cabai adalah sebagai berikut.
1. Gunakan mulsa plastik
Penggunaan mulsa plastik memiliki beberapa tujuan, antara lain menekan gulma inang virus, menekan populasi vektornya, dan menunda perkembangan virus.
2. Menanam tanaman pembatas
Lakukan penanaman tanaman pembatas, yakni jagung, sebanyak 5-6 baris yang ditanam empat minggu sebelum tanaman calon.
Anda juga bisa menanam tanaman sela tomat yang ditanam dua minggu setelah tanaman cabai atau tanaman sela kubis yang ditanam sebulan setelah tanaman cabai.
3. Melepas predator kumbang macan
Lakukan pelepasan predator berupa kumbang macan (Menochilussexmaculatus dan Coccinella transvertalis) atau patogen serangga (Beauveria bassiana, Verticillium lecanii, dan Paecilomyces fumosoroseus) dengan takaran 1.000 ekor per ha atau 1 ekor per 10 tanaman sebanyak enam kali.
Lakukan ini sejak umur tanaman cabai dua minggu, dengan interval 10 hari sekali.
4. Pasang perangkap
Pasang perangkap kuning likat (40 lembar per ha) sejak tanaman masih muda untuk mengurangi populasi serangga pengisap daun.
Ganti perangkap sekitar dua hingga empat minggu sekali atau perangkap metal eugenol (40 botol per ha) setelah tanaman berbuah untuk mengurangi hama lalat buah cabai (Bractocera kompleks).
5. Pengolahan tanah dan pemupukan berimbang
Pengolahan bibit sehat dapat dilakukan dengan pengerudungan persemaian menggunakan kain kasa atau kelambu, perendaman benih dengan air bersuhu 50 derajat celcius selama satu jam, dan isolasi persemaian.
Selain itu, pastikan tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit, semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti nimba, ekstrak tembakau, dan lainnya, serta perlindungan dengan pestisida kimiawi dapat dilakukan secara bijak.
6. Sanitasi
Pastikan sanitasi atau kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman cabai termasuk menghilangkan gulma dan eradikasi tanaman sakit sejak awal pertumbuhan.
7. Atur waktu tanam
Anda perlu mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular, jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang dari virus maupun serangga.
8. Insektisida
Anda juga dapat melakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi secara bijaksana, misalnya yang berbahan aktif imidacloprid, agar musuh alami predator tidak ikut termusnahkan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, mulai pukul 06.00. [eta]