WAHANANEWS.CO, Jakarta - Para peneliti dari Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences (CASIA), Beijing, memperkenalkan sebuah terobosan baru dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang mereka beri nama SpikingBrain 1.0.
Sistem ini digambarkan sebagai model bahasa besar (LLM) yang meniru cara kerja otak manusia, dengan fokus pada efisiensi energi serta kemandirian dari chip buatan Amerika Serikat seperti Nvidia.
Baca Juga:
Beijing Dilanda Banjir Besar, Status Darurat Tertinggi Ditetapkan
Berbeda dengan model berbasis transformer konvensional yang mendominasi dunia AI saat ini, SpikingBrain 1.0 dirancang menggunakan perangkat keras buatan China dan diklaim mampu beroperasi dengan konsumsi daya yang jauh lebih rendah.
"Model bahasa besar (LLM) berbasis transformer arus utama menghadapi hambatan efisiensi yang signifikan: komputasi pelatihan berskala kuadratik dengan sekuens panjang, dan memori inferensi yang tumbuh linear," kata para peneliti dalam makalah teknis yang belum ditinjau sejawat (non-peer-reviewed).
Menurut laporan mereka, SpikingBrain 1.0 mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu hingga 100 kali lebih cepat dibandingkan beberapa model AI konvensional, meskipun hanya menggunakan kurang dari 2 persen data pelatihan yang biasanya dibutuhkan.
Baca Juga:
Pembersihan Militer China Makin Brutal: Miao Hua Lengser, He Weidong Menghilang
Proyek ini merupakan bagian dari penelitian neuromorfik, yaitu upaya meniru mekanisme biologis otak manusia yang dapat beroperasi hanya dengan daya sekitar 20 watt.
"Pekerjaan kami terinspirasi dari mekanisme otak," tambah para peneliti.
Teknologi inti di balik SpikingBrain 1.0 dikenal sebagai spiking computation.