Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
WahanaNews.co | Megathrust di selatan Jawa disebut menyimpan potensi gempa hingga Magnitudo 9,1, dan gempa dahsyat itu diprediksi terjadi 400 tahun sekali.
Lalu, apa sebenarnya zona megathrust?
Diungkapkan Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, zona megathrust adalah sebuah istilah untuk menyebutkan jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi cenderung dangkal. Istilah megathrust dibentuk dari dua kata, yakni mega yang berarti besar dan thrust yang berarti dorongan.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
Di sini, lempeng bumi digambarkan bertumpukan, di mana lempeng di bagian bawah mendorong lempeng yang ada di atasnya.
"Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai 'patahan naik yang besar', yang kini populer disebut sebagai zona megathrust," sebut Daryono, dikutip Rabu (16/11).
Maka, zona megathrust ini adalah istilah untuk menyebutkan sumber gempa berupa tumbukan lempeng yang berada di kedalaman dangkal.
Ketika lempeng samudra yang menghunjam ke bawah lempeng benua membentuk tegangan di bagian kontak antarlempeng, lalu bergeser secara tiba-tiba, gempa pun akan timbul.
“Saat timbul gempa, lempeng benua yang ada di atas lempeng samudra akan terdorong naik atau thrusting,” terang Daryono.
Meski megathrust itu sendiri bukan gempa, lokasinya bisa menjadi sumber gempa jika lempeng-lempengnya bergerak. Dan perlu dicatat, gempa di kawasan megathrust juga tidak selalu gempa besar.
Kemudian, dikutip dari EOS Science News by American Geophysical Union, gempa megathrust adalah pecahnya batas lempeng yang terjadi di bidang kontak dua lempeng tektonik, yang bertemu di zona subduksi.
Karena gerakan relatif lempeng itu tak terbendung, tekanan terakumulasi di area dua lempeng tersebut saling terkunci. Pada akhirnya, hal itu pun dilepaskan melalui gempa megathrust.
Sumber gempa megathrust sendiri biasanya ada di bawah laut, sehingga sulit mengamatinya dengan rinci menggunakan pengukuran seismik, geodesi, dan geologis. Megathrust juga berpotensi menimbulkan tsunami yang memporakporandakan, sebab ada pergerakan besar vertikal dasar laut selama gempa. [rds]