WahanaNews.co | Pekan lalu, kisah yang dibagikan
seorang polisi wanita (polwan) viral di media sosial.
Polwan
itu adalah Mesya Ananda, yang berbagi kisahnya diterima di sejumlah universitas
di Inggris.
Baca Juga:
Aduan Soal Calon Polwan Anak Nelayan ‘Digugurkan’ Ditindaklanjuti DPR
Ia
membagikan kisahnya melalui akun Instagram @mesyaananda.
Kisah
yang dibagikannya kemudian banyak dibagikan oleh akun-akun lain hingga Mesya
diundang untuk berbagi cerita mewujudkan impiannya.
Bagaimana
ihwal cerita yang dibagikannya?
Baca Juga:
Sidang Kasus Polwan Bakar Suami di Mojokerto, Briptu FN Didakwa Pasal KDRT
Mewujudkan Impian
Saat
dikonfirmasi wartawan, Mesya Ananda (23) mengatakan,
sejak kecil ia punya impian kuliah di luar negeri.
"Dari
kecil bercita-cita mau kuliah S2 di luar negeri dengan beasiswa, tidak mau
merepotkan orangtua," ujar Mesya, saat dihubungi wartawan, Sabtu (31/7/2021).
Polwan
yang memulai pendidikan taruna kepolisian sejak 2016 dan lulus pada 2020 ini,
mengaku bersyukur atas apa yang dijalani dan diraihnya saat ini.
Mesya
mendapatkan beasiswa LPDP untuk kuliah di luar negeri.
Ia
mulai belajar dan persiapan awal dari pendidikan bahasa di Sekolah Bahasa
(Sebasa) Polri dari September hingga November 2020.
Sebasa
merupakan sekolah pelatihan pengembangan kemampuan bahasa dengan masa
pendidikan selama 3 bulan.
"Saya
kebetulan masuk ranking 5 terbaik dan dibiayai tes untuk IELTS gratis. Akhirnya
saya memperoleh nilai keseluruhan untuk tes IELTS 7.5 dan menjadi lulusan
terbaik Sebasa 2020," ujar Mesya.
Ditolak Beberapa Universitas
Peluang
yang didapatkan dimanfaat dengan baik oleh Mesya, yang bertugas di Polresta
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Lalu,
saya menyusun rencana persiapan apply
universitas dan beasiswa (jalurnya beda dan terpisah harus apply sendiri-sendiri)," ujar Mesya.
Paham
dengan ketentuan itu, Mesya pun berburu informasi berbagai universitas yang
memiliki program jurusan yang diminatinya, membandingkan mata kuliah, ranking,
dan akreditasinya.
Jurusan
yang diminati Mesya yakni Human Resource
Management (Manajemen SDM) dan Policing.
Ia pun
mencoba mendaftar di berbagai universitas luar negeri.
Menurut
informasi yang disampaikan Mesya, ada 7 universitas yang menyatakan menerimanya
sebagai calon mahasiswa.
Ketujuh
universitas itu adalah University College London (UCL), University of Glasgow,
University of York, University of Leeds, University of Exeter, The University
of Sheffeld, dan Lancester University.
"Tidak
semua berjalan mulus, ada beberapa (universitas) yang menolak saya, dengan
beragam alasan karena saya belum memiliki pengalaman pekerjaan di bidang ilmu
tersebut," ujar Mesya.
Penolakan
itu tidak membuatnya putus asa. Ia tetap berusaha mendaftar di beberapa
universitas lainnya.
"Di
saat-saat terakhir, saya nekat daftar ke University College London (UCL),
universitas ranking 9 di dunia bahkan lebih tinggi rankingnya dari universitas
yang pernah menolak saya. Dan ternyata saya dinyatakan lulus di UCL," kata
dia.
Tips dari Mesya
Apa
yang harus diperhatikan saat mendaftar ke berbagai universitas?
Perlu
diketahui, dalam proses pendaftaran, sejumlah universitas memberikan berbagai
persyaratan dan ketentuan bagi pendaftar.
Mesya
mengatakan, untuk daftar ke universitas luar negeri, peserta perlu membuat essay.
Ia
memerlukan waktu 3-4 bulan untuk mempersiapkannya.
Persyaratan
lain yang disiapkannya adalah kelengkapan administrasi, seperti surat rekomendasi,
dokumen-dokumen dan berkas yang perlu ditranslasi ke dalam bahasa Inggris.
Sembari
melakukan berbagai persiapan itu, Mesya tetap menjalankan tugasnya sebagai
anggota kepolisian.
"Dalam
menyusun berkas-berkas tersebut, saya juga sambil melaksanakan tugas
kepolisian, menerima dan menindaklanjuti laporan polisi terkait perlindungan
perempuan dan anak (PPA), me-manage
anggota penyidik, sampai mengoordinir pelaksanaan otopsi mayat untuk suatu
kasus, dan mengamankan unjuk rasa," ujar Mesya.
Setelah
memastikan ada universitas yang menerima, Mesya beralih ke target berikutnya, yaitu
berusaha lolos seleksi beasiswa LPDP.
Ia
menceritakan, untuk lulus seleksi LPDP, peserta harus mengirim berkas
administrasi, ikut seleksi akademik TPA (tes numerik, tes bahasa, analogi,
spasial, dan lainnya), dan tes wawancara.
"Untuk
TPA ini saya belajar dari mengerjakan soal-soal di buku latihan, menonton video
strategi jawab soal TPA, kemudian seleksi wawancaranya dilakukan secara online via zoom," ujar Mesya.
Pewawancara
seleksi beasiswa LPDP yakni ahli bidang SDM dan psikolog.
Dalam
wawancara itu, akan ditanyakan mengenai rencana studinya, jurusan yang diambil,
motivasi, bagaimana dirinya mengatasi kendala-kendala yang mungkin terjadi, dan
rencana kontribusinya untuk Indonesia di masa depan.
Setelah
melewati proses seleksi administrasi dan wawancara, Mesya dinyatakan lolos dan
menjadi penerima beasiswa LPDP pada Juli 2021.
"Ini
masih awal. Masih banyak yang harus saya persiapkan untuk keberangkatan dan
untuk pelaksanaan studi saya di sana," lanjut dia.
Universitas
mana yang dipilihnya?
Mesya
mengaku masih berdiskusi dengan pihak keluarga.
"Kuliah
tetap berangkat ke sana langsung, untuk perkuliahan kabarnya mix online dan offline, menyesuaikan Pemerintah Inggris," kata dia.
Kepada
generasi muda, Mesya mengatakan, jangan takut untuk bermimpi dan melakukan hal
besar.
"Aku
harap ini bisa menginspirasi teman-teman untuk bermimpi, berpikir, dan berani
melakukan langkah besar," ujar dia.
Menurut
dia, dunia masih membutuhkan orang muda untuk membuat perubahan menjadi lebih
baik. [dhn]