Menurut Guswanto bibit siklon tropis ini muncul karena beberapa faktor.
Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO) dan Equatorial Rossby yang secara spasial aktif di sekitar sistem dan berada pada perairan yang hangat (30 – 31 derajat Celsius).
Baca Juga:
Diterjang 24 Gempa, Inilah Daerah Rawan di Kalimantan Bulan Ini
MJO adalah aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Penyebab berikutnya adalah kelembaban udara yang cukup basah dan vortisitas sedang-tinggi pada lapisan bawah hingga menengah (850-500mb).
Terakhir, bibit siklon tropis 91P muncul karena divergensi lapisan atas dalam kategori cukup kuat (20-30 s-1) serta masukan massa udara ke sistem dari selatan.
Baca Juga:
Bertemu Kepala BMKG, Wamen Diana Bahas Mitigasi Bencana Hidrometeorologi untuk Kelancaran Arus Nataru
Berbeda dengan bibit siklon tropis 91P, bibit siklon tropis 91W muncul membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di sekitar Laut Arafuru serta menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot yang memanjang dari Laut Arafuru hingga Laut Aru.
Sirkulasi siklonik juga terpantai terjadi di Perairan Utara Kalimantan Barat dan Samudera Hindia barat Aceh.
Sirkulasi-sirkulasi tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin yang memanjang di Pesisir Utara Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, serta membentuk daerah pertemuan angin di Pesisir barat Sumatera Utara hingga Sumatera Barat dan Laut China Selatan.