WahanaNews.co | Ratusan tenaga honorer dan dan pegawai pemerintah non-pegawai negeri (PPNPN) yang dinonaktifkan.
Data ini diungkap oleh Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Wien Kusharyoto.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Penonaktifan ini dilakukan setelah Eijkman terintegrasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Ada 113 tenaga honorer dan PPNPN (yang dinonaktifkan), 71 di antaranya staf peneliti," ujar Wien, Minggu (2/1/2022).
Wien menjelaskan, ada lima opsi yang diberikan BRIN dan telah disampaikan kepada para peneliti di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dalam forum resmi.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
Pertama, sambung dia, PNS Periset akan dilanjutkan menjadi PNS BRIN sekaligus diangkat sebagai peneliti.
Kemudian, opsi kedua, yakni honorer periset yang berusia di atas 40 tahun dan S3, dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PPPK 2021.
Selanjutnya, opsi ketiga, honorer periset usia kurang dari 40 tahun dan S3 dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PNS 2021.
"Yang sudah bergelar S3 dialihkan untuk menjadi ASN atau PPPK, sudah tiga orang yang diterima," katanya.
Lalu, opsi keempat, honorer periset S1 dan S2 dapat melanjutkan studi dengan skema by-research dan research assistantship.
Ia menyebut, bagi yang tidak tertarik untuk melanjutkan studi, maka sebagian dapat melanjutkan aktivitas sebagai operator laboratorium di Cibinong, Jawa Barat.
"Yang masih bergelar S1 atau S2 dapat mendaftarkan ke universitas sebagai mahasiswa S2 atau S3 berbasis riset, sehingga sebagai mahasiswa aktif mereka dapat direkrut sebagai asisten riset, dengan riset dan biaya kuliah ditanggung BRIN. Sebagian lagi akan melanjutkan studi ke luar negeri," jelas Wien.
Dia mengungkapkan, proses perekrutan sebagai asisten riset sedang berlangsung dan beberapa periset sudah diterima sebagai mahasiswa by research.
Wien menuturkan, pendaftaran sebagai mahasiswa berbasis riset mengikuti mekanisme yang berlaku di universitas tujuannya.
Sehingga keseluruhan prosesnya tetap berlangsung pada tahun 2022.
Opsi kelima, yaitu honorer non-periset diambil alih RSCM sekaligus mengikuti rencana pengalihan gedung LBM Eijkman ke RSCM.
Hal ini sesuai permintaan Kementerian Kesehatan yang memang memiliki aset tersebut sejak awal.
Sementara itu, Wien menambahkan, riset vaksin Merah Putih yang bibit vaksinnya dikembangkan oleh Eijkman tetap dilanjutkan.
Meskipun ada 71 peneliti honorer yang tidak diperpanjang kontraknya usai Eijkman bergabung dengan BRIN.
"Vaksin Merah Putih masih berjalan," ujarnya.
Selain itu, dia menyampaikan, vaksin Merah Putih berbasis ragi masih dalam proses pengembangan lebih lanjut di Bio Farma.
Sedangkan vaksin yang berbasis sel mamalia juga akan dilanjutkan ke tahap karakterisasi sel dan protein, serta formulasi vaksinnya.
Untuk diketahui, berdasarkan Perpres 78 Tahun 2021 tentang BRIN, maka seluruh lembaga penelitian harus diintegrasikan ke BRIN.
Ada lima lembaga penelitian yang resmi terintegrasi ke dalam BRIN per 1 September 2021, antara lain LAPAN, BATAN, LIPI, BPPT, dan Kemenristek/BRIN. [rin]