WahanaNews.co | Para ilmuwan mengungkapkan pada Rabu (18/5/2022), perubahan iklim memicu terjadinya peluang gelombang panas 100 kali lebih mungkin terjadi yang memecahkan rekor menghantam India barat laut dan Pakistan. Hal ini membuat kedua negara mengalami suhu tinggi yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah analisis, ilmuwan iklim dari Kantor Met Inggris menemukan bahwa kemungkinan alami gelombang panas melebihi suhu rata-rata dari 2010 adalah sekali dalam 312 tahun, tetapi ketika perubahan iklim diperhitungkan, peluangnya meningkat menjadi sekali dalam setiap 3,1 tahun.
Baca Juga:
Alasan Ilmiah Mengapa Indonesia Luput dari Gelombang Panas
April dan Mei 2010 digunakan sebagai titik perbandingan karena bulan-bulan tersebut memiliki suhu rata-rata tertinggi sejak 1900.
Temperatur yang melonjak di beberapa bagian Pakistan dan India dalam beberapa pekan terakhir telah memaksa sekolah-sekolah tutup, merusak tanaman, memberi tekanan pada pasokan energi dan membuat penduduk tetap berada di dalam rumah. Bahkan mendorong para ahli untuk mempertanyakan apakah panas seperti itu cocok untuk kelangsungan hidup manusia.
Jacobabad, salah satu kota terpanas di dunia, di provinsi Sindh Pakistan, mencapai 51 derajat Celcius (123,8F) pada Minggu (15/5/2022), dan 50C (122F) sehari sebelumnya. Di negara tetangga India, suhu di wilayah ibu kota Delhi melampaui 49C (120F) pada Minggu (15/5/2022).
Baca Juga:
Gelombang Panas Melanda Bangladesh, Sekolah Dibuka Kembali Setelah Libur
Analisis tersebut juga membuat proyeksi, menunjukkan frekuensi gelombang panas seperti itu di wilayah tersebut akan meningkat hingga setiap 1,15 tahun sekali pada akhir abad ini.
"Mantra panas selalu menjadi ciri iklim pra-musim di kawasan itu selama April dan Mei. Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa perubahan iklim mendorong intensitas panas dari mantra ini membuat suhu yang memecahkan rekor 100 kali lebih mungkin terjadi," terang Nikos Christidis dari Met Office, yang membuat analisis.
"Pada akhir abad ini, peningkatan perubahan iklim kemungkinan akan mendorong suhu rata-rata dengan nilai ini setiap tahun,” lanjutnya.
India dan Pakistan sangat rentan terhadap dampak krisis iklim, terutama dalam hal panas yang ekstrem.