Menurutnya, kategori indeks UV memang terdapat level low hingga ekstrem, tetapi menurutnya narasi secara keseluruhan yang viral tersebut kelewat berlebihan.
Dampak sinar UV jika sampai ke permukaan kulit atau mata, secara akumulatif memang bisa berdampak buruk. Akan tetapi pihaknya menekankan, dampak yang terjadi tidak langsung serta-merta membuat kulit terbakar atau suhu udara mendidih.
Baca Juga:
Alasan Ilmiah Mengapa Indonesia Luput dari Gelombang Panas
"Jadi (dampaknya) tidak langsung dikatakan itu akan membuat suhu udara akan sangat panas bahkan pemberitaannya suhu udara mendidih," kata dia.
Albert juga menerangkan, level low maupun ekstrem dalam keterangan indeks UV BMKG merupakan indikator supaya ada tindakan preventif, terutama bagi individu yang rentan terpapar sinar UV.
Selain itu level ekstrem dalam keterangan Indeks UV BMKG adalah hal biasa dan bukan kali ini saja terjadi.
Baca Juga:
Inilah 6 Kota Paling Tandus di Dunia, Salah Satunya Tak Hujan hingga 5 Abad
"Hampir tiap hari terdeteksi level ekstrem yangmana kalau kita prhatikan di prediksi bmkg selalu muncul," ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, hingga saat ini belum ada laporan kejadian di level panas ekstrem, yang menyebabkan kulit seseorang tiba-tiba terbakar.
"Belum ada kejadian mengakibatkan kulit terbakar dan suhu udara sangat tinggi atau mendidih saat level ekstrem," sebutnya. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.