Meski demikian, hujan meteor Perseid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik.
Andi memberikan beberapa tips untuk mengamati hujan meteor ini, di antaranya memastikan cuaca cerah, wilayah pengamatan tidak terhalang, dan kondisi lingkungan bebas polusi cahaya.
Baca Juga:
BMKG: Hujan Petir Mengancam, Sebagian Besar Indonesia Siap-siap Basah!
"Pastikan cuaca saat pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya. Hal ini karena futupan awan dan skala Bortle (skala kecerlangan langit malam) berbanding terbalik dengan intensitas meteor. Semakin besar tutupan awan dan skala Bartle semakin berkurang Intensitas meteorya," ujarnya.
Melansir Live Science, hujan meteor perseid merupakan salah satu hujan meteor yang paling terkenal. Biasanya, ia terjadi antara Juli dan Agustus ketika cuaca hangat di Bumi bagian utara.
Waktu-waktu tersebut biasanya digunakan untuk berkemah, api unggun, dan mengamati langit. Hujan meteor Perseid menjadi yang paling terkenal karena waktu untuk mengamatinya bertepatan dengan cuaca hangat.
Baca Juga:
Benarkah Hujan Dapat Pengaruhi Perasaan Seseorang? Begini Penjelasan Psikolog
"Itu benar-benar karena hujan meteor tersebut merupakan puncak bagi para peneliti di Bumi bagian utara. Hujan meteor lainnya terjadi pada musim gugur atau dingin bagi Bumi belahan utara," ujar Robert Lunsford dari American Meteor Society. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.