Data yang diturunkan dari Himawari 8 dan 9 digunakan untuk pencitraan awan dan dimanfaatkan dalam berbagai prediksi cuaca dan kalkulasi berbasis lapangan untuk mengestimasi hal seperti temperatur dan kecepatan serta arah angin di bagian atas atmosfer.
Fitur AHI pada Himawari sendiri bekerja memindai Bumi dengan cara menggerakan cermin pemantau internalnya ke arah timur-barat dimulai dari utara.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Selama 10 menit, Himawari memindai lapisan secara penuh dan area-area tertentu yang terbatas seperti misalnya di sekitar Jepang dengan cara mengubah arah dari cermin tersebut.
Cahaya yang dikumpulkan oleh cermin itu lalu dipecah menjadi 16 pita gelombang sebelum dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh detektor untuk masing-masing pita. Sinyal-sinyal tersebut lalu ditransimiskan kepada stasiun pemantau yang ada di Bumi.
BMKG sendiri memanfaatkan Himawari untuk beragam tujuan. Dikutip dari situs resminya, BMKG di antaranya memanfaatkan metode RGB pada Himawari untuk mengamati proses konektivitas, ketebalan awan, serta mikro-fisis awan.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Selain itu BMKG juga memanfaatkan produk Himawari lainnya yakni Himawari-9 Potential Rainfall untuk mengestimasi potensi curah hujan.
Hal itu disajikan berdasarkan kategori ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat, dengan menggunakan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.[sdy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.