WahanaNews.co | Jepang mengubah kebijakan utama soal tenaga nuklir guna menangani krisis energi, lebih dari satu dasawarsa setelah bencana Fukushima pada 2011 memaksa negara itu menonaktifkan sebagian besar reaktor-reaktor miliknya.
Publik selama ini bersikap dingin terhadap energi nuklir sejak gempa bumi dan tsunami memicu krisis di pusat listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Baca Juga:
Harga Beras di Jepang Nyaris Tembus Rp100 Ribu, Stok Langka dan Panic Buying Meluas
Namun, sikap tersebut berubah setelah harga energi melonjak di tengah perang berkepanjangan di Ukraina, serta setelah krisis listrik terjadi berkali-kali, baik selama musim panas maupun musim dingin.
Jepang, yang rawan dilanda gempa bumi, sebelumnya menyebutkan tidak punya rencana untuk membangun reaktor-reaktor baru.
Sekarang, Jepang akan berusaha mengganti sejumlah reaktor yang sebelumnya dinonaktifkan dan memperpanjang masa operasi reaktor lainnya, kata Kementerian Perindustrian Jepang.
Baca Juga:
Liburan ke Bali Makin Mudah, Kolaborasi Indonesia-Jepang Genjot Wisatawan
Pemerintah negara-negara di kawasan Eropa dan Asia juga sedang berusaha memperpanjang umur reaktor-reaktor nuklir mereka yang sudah menua.
Mereka juga mulai mengoperasikan kembali reaktor serta merapikan rencana untuk melanjutkan proyek-proyek yang ditangguhkan pascabencana Fukushima.
Berdasarkan rencana strategis yang disetujui oleh Kabinet pada 2021 menyangkut energi, Jepang bertekad untuk sebisa mungkin menurunkan ketergantungannya pada tenaga nuklir.