WahanaNews.co | Jepang mengubah kebijakan utama soal tenaga nuklir guna menangani krisis energi, lebih dari satu dasawarsa setelah bencana Fukushima pada 2011 memaksa negara itu menonaktifkan sebagian besar reaktor-reaktor miliknya.
Publik selama ini bersikap dingin terhadap energi nuklir sejak gempa bumi dan tsunami memicu krisis di pusat listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Namun, sikap tersebut berubah setelah harga energi melonjak di tengah perang berkepanjangan di Ukraina, serta setelah krisis listrik terjadi berkali-kali, baik selama musim panas maupun musim dingin.
Jepang, yang rawan dilanda gempa bumi, sebelumnya menyebutkan tidak punya rencana untuk membangun reaktor-reaktor baru.
Sekarang, Jepang akan berusaha mengganti sejumlah reaktor yang sebelumnya dinonaktifkan dan memperpanjang masa operasi reaktor lainnya, kata Kementerian Perindustrian Jepang.
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Pemerintah negara-negara di kawasan Eropa dan Asia juga sedang berusaha memperpanjang umur reaktor-reaktor nuklir mereka yang sudah menua.
Mereka juga mulai mengoperasikan kembali reaktor serta merapikan rencana untuk melanjutkan proyek-proyek yang ditangguhkan pascabencana Fukushima.
Berdasarkan rencana strategis yang disetujui oleh Kabinet pada 2021 menyangkut energi, Jepang bertekad untuk sebisa mungkin menurunkan ketergantungannya pada tenaga nuklir.