WAHANANEWS.CO, Jakarta - OpenAI, perusahaan pengembang chatbot kecerdasan buatan populer ChatGPT, mengumumkan akan mulai menerapkan sistem verifikasi usia bagi penggunanya. 							
						
							
							
								Verifikasi ini dilakukan melalui identitas resmi seperti KTP atau dokumen lain yang sah. 							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Wajib Tahu, Ternyata Ucapan 'Tolong' dan 'Terima Kasih' Bikin Kantong OpenAI Jebol!
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Langkah tersebut diambil untuk memastikan pengguna di bawah 18 tahun dapat dikenali dan mendapat perlakuan berbeda dari sistem.							
						
							
							
								Kebijakan ini muncul setelah kasus tragis bunuh diri seorang remaja berusia 16 tahun yang diketahui kerap berinteraksi dengan chatbot AI tersebut. 							
						
							
							
								Kasus itu menjadi sorotan internasional dan menimbulkan gugatan hukum terhadap perusahaan.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Elon Musk Gagal Akuisisi OpenAI, Ini Alasan Penolakan Tegas dari Dewan Direksi
									
									
										
									
								
							
							
								"Open AI memprioritaskan keamanan dari privasi dan kebebasan untuk remaja," kata CEO OpenAI Sam Altman dalam postingan di blog resmi perusahaan, dikutip dari The Guardian, Jumat (19/9/2025).							
						
							
							
								OpenAI menegaskan bahwa cara ChatGPT merespons remaja seharusnya tidak disamakan dengan pengguna dewasa. 							
						
							
							
								Altman menyebut pihaknya tengah mengembangkan sistem yang mampu mendeteksi usia pengguna berdasarkan perilaku di platform. 							
						
							
								
							
							
								Jika pengguna teridentifikasi di bawah 18 tahun, chatbot akan menyesuaikan jawaban dengan konten yang lebih aman, ramah, dan sesuai kategori anak.							
						
							
							
								"Kami menyadari bahwa ini merupakan pengorbanan privasi bagi orang dewasa, tetapi kami yakin ini merupakan hal yang layak," lanjut Altman.							
						
							
							
								Sebagai bentuk pengamanan tambahan, ChatGPT akan memblokir akses terhadap konten seksual maupun eksplisit. 							
						
							
								
							
							
								Sistem juga akan dilatih agar tidak memberikan respons menggoda, tidak mengarahkan percakapan ke topik bunuh diri atau menyakiti diri, bahkan dalam konteks fiksi atau penulisan kreatif.							
						
							
							
								"Dan jika pengguna di bawah usia 18 tahun memiliki niat bunuh diri, kami akan berusaha menghubungi orang tua pengguna. Jika tidak berhasil, kami akan menghubungi pihak berwenang dalam kasus bahaya yang mendesak," jelas Altman.							
						
							
							
								"Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi setelah berdiskusi dengan para ahli, inilah yang kami anggap terbaik dan ingin transparan mengenai niat kami," tambahnya.							
						
							
								
							
							
								Kasus yang menjadi pemicu kebijakan ini adalah gugatan keluarga Adam Raine, remaja asal California yang meninggal pada Agustus lalu. 							
						
							
							
								Orang tua Adam menilai ChatGPT berperan dalam keputusan putranya untuk mengakhiri hidup, termasuk dengan menyarankan metode bunuh diri serta membantu menyusun draf surat wasiat.							
						
							
							
								Dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan Tinggi California, keluarga Adam mengungkapkan bahwa dalam lebih dari enam bulan, chatbot tersebut telah menjadi teman curhat utama Adam.							
						
							
								
							
							
								Teknologi ini dianggap menggantikan hubungan sosialnya di dunia nyata dengan keluarga maupun teman sebaya.							
						
							
							
								[Redaktur: Ajat Sudrajat]