WAHANANEWS.CO, Jakarta - DeepSeek, perusahaan AI asal China, menggemparkan industri teknologi kecerdasan buatan dengan pendekatan inovatifnya.
Menggunakan sistem Mixture of Experts (MoE), DeepSeek berhasil menciptakan layanan AI berbiaya rendah tanpa mengorbankan performa dan akurasi—menyaingi teknologi mahal buatan Amerika Serikat.
Baca Juga:
OpenAI Tolak Tawaran Rp1.576 Triliun dari Elon Musk
Keberhasilan DeepSeek memicu kekhawatiran di kalangan investor. Mereka mulai mempertanyakan bagaimana raksasa teknologi AS bisa tetap mendapatkan keuntungan dari AI, mengingat biaya pengembangannya yang luar biasa tinggi.
Kini, tekanan semakin besar bagi perusahaan-perusahaan AS agar tidak kembali tertinggal dari China dalam persaingan teknologi.
Menanggapi perubahan lanskap ini, OpenAI mulai berbenah. Perusahaan yang dikenal sebagai pencipta ChatGPT itu mengumumkan strategi baru: mereka tidak akan merilis model AI o3 sebagai produk yang berdiri sendiri.
Baca Juga:
DeepSeek Bikin AS Ketar-Ketir, Kongres Segera Larang AI China di Perangkat Pemerintah
Model o3 dan o3 mini, yang pertama kali diperkenalkan pada Desember 2024, akan diintegrasikan ke dalam GPT-5.
CEO OpenAI, Sam Altman, menjelaskan bahwa perusahaan ingin menyederhanakan produknya agar lebih efisien dan mudah digunakan.
"Kami ingin AI yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini, produk dan model yang kami kembangkan semakin kompleks, dan kami ingin memperbaikinya," ujar Altman.