WahanaNews.co | Peristiwa kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu (9/1/2021) lalu mengundang misteri.
Salah satunya adalah suara pilot yang tidak terekam Cockpit Voice Recorder (CVR) sebelum pesawat jatuh.
Baca Juga:
3 Jenazah Korban Pesawat yang Jatuh di Tangsel dalam Kondisi Utuh
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo Utomo mengatakan, meski masih terdengar suara co-pilot, begitu juga suara pengatur lalu lintas udara, namun suara dari kokpit tak terdengar.
"Kebetulan dari CVR yang ditemukan kami mendapatkan bahwa suara kaptennya tidak terekam. kami tidak bisa menentukan mengapa suara kaptennya tidak terekam. Ada dugaan bahwa kaptennya tidak menggunakan headset," kata Nurcahyo saat rapat dengan Komisi V DPR RI, dikutip Jumat (4/11/2022).
Dia menambahkan, microphone yang ada pada kokpit pesawat juga tidak terdengar suaranya, karena tertutup suara bising.
Baca Juga:
Pesawat Jatuh di BSD, KNKT: Pilot Ingin Mendarat Darurat, tapi Kena Pohon
"Channel ini tertutup noice pada 400 hertz sehingga pembicaraan tidak bisa direkam. Sehingga tidak bisa menganalisa kerja sama kokpit dan apa saja perintah kapten ke co-pilot. meski suara co-pilot masih bisa di dengar termasuk suara dari pengatur lalu lintas udara di dengar," katanya.
Perubahan ini, jelasnya, tidak disadari pilot.
Nurcahyo mengasumsikan pilot mempercayakan sistem automasi yang ada pada pesawat.
"Percaya pada sistem automasi, kalau sudah diset maka autopilot akan mengatur dan autothrottle akan mengatur sesuai permintaan autopilot. sehingga kondisi ini berdampak pada pengurangan monitor terhadap instrumen dan kondisi yang terjadi," ujarnya.
Selain itu posisi kemudi menjadi berbelok ke kanan, sedangkan pesawat berbelok ke kiri, itu terjadi perubahan, mengakibatkan bank angle warning atau peringatan kemiringan yang berlebih.
"Perbedaan asumsi dan kurang monitor berakibat pada upaya recovery yang dilakukan pilot tidak sesuai. 4 detik pertama pilot membelokkan ke kiri padahal pesawat sedang berbelok ke kiri," kata Nurcahyo.
Sebelumnya, pada tahun 2021, AirNav Indonesia mengungkapkan bagaimana komunikasi air traffic controller (ATC) yang dilakukan dengan pilot Sriwijaya Air SJ 182 sesaat sebelum dinyatakan hilang.
Pihaknya sempat mengonfirmasi ke pilot saat Sriwijaya Air SJ 182 melakukan belokan ke kiri yang tidak sesuai koordinat.
Dijelaskan, adanya komunikasi perubahan arah dan ketinggian, diantaranya karena cuaca dan ada pesawat yang berada pada ketinggian sama menuju Pontianak. Arahan dari ATC pun dilaporkan dijawab 'clear' oleh pilot Sriwijaya Air SJ 182.
Komunikasi ATC dengan pilot dilaporkan masih baik saat diminta kembali ke posisi 13 ribu kaki. Dan tidak ditemukan indikasi kondisi pesawat tak normal.
Namun, pada pukul 14.39, Sriwijaya berbelok ke kiri. Dan saat ATC menanyakan, tidak mendapat respons hingga Sriwijaya hilang dari radar.
Upaya komunikasi oleh pesawat penerbangan lain juga dilaporkan tak mendapat respons dari Sriwijaya 182. [tum]