WahanaNews.co | Kota Metropolitan Busan adalah kota terbesar kedua di Korea Selatan (Korsel) dan juga terdapat pelabuhan terbesar di negara itu.
Sebagai kota pesisir, naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim mengancam eksistensinya.
Baca Juga:
Kemendag Gelar Penjajakan Bisnis Produk Kopi di Korea Selatan, Catat Potensi Transaksi Rp27,53 Miliar
Sejalan dengan itu, Korea Selatan telah merilis sketsa resmi kota terapung yang diklaim anti banjir bernama Oceanix di markas besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York.
Rencananya kota terapung tersebut akan dibangun di Busan.
Kota terapung itu diketahui merupakan proyek kerja sama antara PBB, Pemerintah Kota Busan dan Oceanix.
Baca Juga:
Produk Perikanan Indonesia Raup Potensi Transaksi 38 Miliar di BISFE 2023 Busan
Dari sketsa yang dibuat “Kota terapung” akan memiliki tiga platform terapung yang dihubungkan oleh jembatan laut.
Mengenai informasi tersebut, berikut rangkuman dari beberapa sumber terkait fakta menarik kota terapung yang kabarnya akan rampung pada tahun 2025 mendatang:
1. Kota Terapung Pertama di Dunia yang Tak Bergantung ke Daratan
Newsweek menyebutkan, kota Oceanix merupakan kota terapung pertama di dunia yang berupaya menjadi infrastruktur anti banjir yang ikut menyesuaikan diri dengan kondisi permukaan air laut.
Jika terealisasi, kota tersebut diklaim dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangan, energi dan air bersih.
Ada semacam ruang di bagian bawah untuk menghasilkan makanan, tanaman untuk konsumsi ditumbuhkan dengan sistem yang canggih.
2. Memiliki Luas 6,3 Hektare
Jika selesai dibangun, kota terapung tersebut dikabarkan memiliki luas total 6,3 hektare yang diklaim dapat menampung kurang lebih 12.000 orang.
Dikutip CNN, Wali Kota Busan, Park Heong-joon, mengatakan, dengan perubahan kompleks yang dihadapi kota-kota pesisir, pihaknya membutuhkan visi baru yaitu manusia, alam, dan teknologi dapat hidup berdampingan.
3. Punya Ruang Penyimpanan Udara di Dasarnya
Mengutip Insider, perusahaan pengembangan kota terapung Oceanix, dan perusahaan arsitektur Bjarke Ingels Group (BIG) dan Samoo Architects & Engineers, berada di belakang proyek ambisius yang didukung PBB ini.
Proyek kota terapung tersebut sudah diresmikan di Markas Besar PBB pada 26 April lalu, dan diharapkan selesai pada 2025.
“Nantinya, di pulau ini akan tersedia ruang besar di hampir seperti ruang bawah tanah yang sebagian besarnya diisi udara untuk menahan berat bangunan di permukaan,” kata Daniel Sundlin, seorang mitra di BIG, mengatakan kepada Insider.
4. Anti Banjir dan Guncangan Ombak
Ruang yang dipenuhi udara tersebut membuat kota itu diklaim anti banjir, “saat air naik maka akan mengapung, pondasinya juga akan beradaptasi dengan ketinggian air,” lanjut Daniel.
Danil mengklaim, ketika terjadi ombak yang sangat tinggi sekalipun penduduk yang berada di atasnya tidak akan merasakan getaran, ia menyebutnya seperti berada di darat.
Diketahui, Busan memang merupakan kota pelabuhan yang sibuk sehingga banyak warga di sana ahli dan punya pengalaman tentang lautan untuk mendukung proyek ambisius ini.
5. Punya 3 Platform yang Berfungsi Beda
Prototipe ini memiliki tiga platform yang masing-masing memiliki kegunaan khusus seperti perumahan, kehidupan sehari-hari, dan penelitian.
Platform perumahan akan menawarkan berbagai pilihan perumahan termasuk apartemen dan hotel.
Lingkungan di platform kehidupan sehari-hari akan mirip dengan jalan-jalan di Busan, dengan gang-gang kecil penjual makanan dan berbagai bisnis lokal.
Platform penelitian akan menjadi pusat penelitian maritim dan lingkungan, kata situs web Oceanix.
"Setiap platform akan memiliki paviliun mobilitas di mana Anda dapat beralih antara kendaraan berbasis darat dan berbasis air. Anda juga dapat berjalan kaki dari rumah Anda atau menggunakan perahu, kayak, atau feri untuk berpindah antar platform seiring pertumbuhan kota," pungkas Daniel Sunlin. [gun]