WahanaNews.co | Satu persatu website pemerintah Ukraina bertumbangan diduga terimbas serangan distributed denial of services (DDoS) yang diduga dilancarkan para hacker Rusia.
Tudingan utama tentu dijatuhkan pada pemerintah Rusia, yang selain membombardir Ukraina secara fisik, juga secara di dunia siber.
Baca Juga:
6 Juta Data NPWP Diduga Bocor, Termasuk Milik Jokowi dan Gibran di Daftar Utama!
Namun ternyata tak semua serangan siber itu dilakukan oleh pasukan siber Rusia yang "resmi".
Ada juga pasukan siber partikelir yang ikut andil dalam menyerang situs-situs Ukraina.
Dilansir BBC, Minggu (27/2/2022), ada banyak serangan siber yang berasal dari hacker Rusia secara perorangan yang menyebut aksinya itu sebagai aksi patriotik.
Baca Juga:
Bangun Awareness Trend ‘Hacker’, Butterfly Consulting Indonesia Tawarkan Pelatihan Cyber Security
Para hacker ini beroperasi dalam grup kecil tanpa perintah langsung dari pemerintah Rusia, dan tujuannya adalah menimbulkan kekacauan di dunia siber Ukraina hingga porak poranda.
Dmitry (bukan nama sebenarnya) sejatinya adalah karyawan di perusahaan keamanan siber Rusia. Pada Rabu (23/2/2022) lalu, selepas menyelesaikan pekerjaan resminya, ia melihat adanya serangan siber terhadap Ukraina.
Ia pun berinisiatif untuk membentuk tim beranggotakan para peretas dan ikut serta dalam serangan siber itu.
"Melihat semuanya menyerang server Ukraina, saya berpikir kami harus ikut membuat sejumlah kerusakan juga," ujarnya di media sosial.
Timnya itu beranggotakan enam hacker yang sukses membuat down sejumlah situs pemerintahan Ukraina, yaitu dengan membanjiri server-server itu dengan serangan DDOS.
Komunikasi antara anggota tim itu dilakukan secara terenkripsi, dan bahkan mereka tak pernah berbicara secara langsung.
Padahal, dua di antara mereka ada yang bekerja di perusahaan keamanan siber yang sama.
"Jika ketahuan saya akan dipecat," ujarnya.
Tim itu tak cuma melakukan serangan DDoS, melainkan juga menyebarkan email berisi ancaman bom ke berbagai sekolah.
Lalu meretas sistem kamera dashboard mobil dari warga Ukraina yang merupakan anggota "rapid response team".
Terakhir mereka sukses membuat alamat email menggunakan layanan email pemerintahan Ukraina, yang bakal dipakai untuk melakukan serangan phishing.
Dmitry pun meyakinkan kalau serangan-serangan ini baru dimulai, dan masih akan terus berlanjut, yang diutarakannya lewat sebuah panggilan telepon terenkripsi dan suara yang disamarkan.
"Kami bisa meluncurkan ransomware, namun kami belum melakukannya," jelasnya.
Meski melakukannya secara diam-diam agar tak ketahuan, Dmitry berharap kalau pasukan siber Rusia mengamati aksinya itu.
Mereka berharap pemerintah Rusia akan menghargai aksinya itu dan berharap bisa bekerja di badan keamanan siber Rusia.
"Saya pikir ada orang di pemerintahan yang akan sangat senang dengan apa yang kami lakukan. Saya ingin bekerja di otoritas siber Rusia, namun saya perlu waktu memikirkannya terlebih dahulu," jelas Dmitry. [rin]