Akibatnya, meskipun lautan tidak akan menjadi lebih bervariasi dari satu tahun ke tahun berikutnya di masa depan, sebagian besar sinyal yang berguna untuk prediksi menjadi berkurang.
Hilangnya memori laut tidak hanya berdampak pada prediksi variabel fisik, tetapi juga dapat memengaruhi cara kita mengelola ekosistem laut yang sensitif.
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
“Memori yang berkurang berarti lebih sedikit waktu yang sebelumnya digunakan membuat ramalan."
"Hal ini dapat menghambat kemampuan kita untuk memprediksi dan mempersiapkan perubahan laut termasuk gelombang panas laut, yang diketahui telah menyebabkan perubahan mendadak dan nyata pada ekosistem laut di seluruh dunia,” kata Michael Jacox, ilmuwan peneliti di NOAA Fisheries' Southwest Fisheries Science Center di Monterey, California, dan rekan penulis penelitian.
Dalam pengelolaan perikanan, parameter biologis yang digunakan untuk penilaian stok diperkirakan dengan asumsi lingkungan yang stabil diwakili oleh masa lalu.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Memori laut yang berkurang mungkin membuat estimasi tersebut tidak akurat dan membutuhkan pendekatan baru dalam pengelolaan perikanan berbasis ekosistem untuk memasukkan pemantauan laut waktu nyata dan upaya lain yang serupa.
Penurunan memori laut juga kemungkinan memberikan dampak pada populasi sumber daya hayati.
Bergantung pada apakah spesies tersebut beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang konstan atau lebih bervariasi, perubahan masa depan dalam populasi mereka dapat diprediksi dengan lebih baik dengan mempertimbangkan hilangnya memori laut. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.