WahanaNews.co | Sebagian besar lautan global saat ini mengalami gejala "amnesia" ketika menghadapi perubahan iklim tahunan.
Fenomena ini membuat prediksi kondisi lautan di masa depan menjadi lebih sulit dilakukan.
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
Studi kolaborasi internasional yang diterbitkan di Science Advances menemukan sebagian besar lautan dunia kehilangan ingatannya akibat pemanasan global.
Hasilnya juga menempatkan lautan Indonesia dalam garis risiko kondisi ini.
Dibandingkan fluktuasi cuaca atmosfer yang berlangsung cepat, perubahan di lautan yang terjadi secara perlahan menunjukkan ketahanan yang kuat, atau disebut sebagai "memori/ingatan", yang berarti suhu lautan besok kemungkinan besar akan terlihat sama seperti hari ini, dengan hanya sedikit perubahan.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Ini membuat memori laut sering digunakan untuk memprediksi kondisi laut.
Penurunan memori laut ditemukan sebagai respons kolektif di seluruh model iklim terhadap pemanasan yang disebabkan oleh manusia.
Ketika konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat, penurunan memori tersebut akan menjadi semakin nyata, seperti dikutip dari Newswise, Minggu (8/5/2022).