Lubang korona diberi peringkat dari G1 hingga G5, dengan G1 yang paling lemah. Lubang pertama diberi peringkat sebagai G3.
Lubang kedua diperkirakan tidak akan menghasilkan badai matahari sekuat yang pertama, sehingga kemungkinan kecil terjadinya aurora.
Baca Juga:
Tahun 2024 Indonesia Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan, Simak Jadwalnya
Namun, para ilmuwan menganggap hal ini lebih signifikan karena lubang tersebut muncul di dekat ekuator matahari.
Menurut Daniel Verscharen, seorang profesor fisika ruang dan iklim di University College London, lokasi dari lubang tersebut "menarik sekali".
“Meskipun bentuk lubang koronal ini tidak begitu istimewa, tetapi lokasinya yang membuatnya sangat menarik,” ujar Verscharen kepada Business Insider.
Baca Juga:
Matahari Tak Terbenam, 7 Negara Ini Jalani Hari-hari Tanpa Malam
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.