Apabila masalah "polusi udara plastik" tidak ditangani, kemungkinan akan terjadi perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang tidak dapat terbalikkan di masa depan.
Tim peneliti mengumpulkan sampel air awan dari berbagai lokasi, mengidentifikasi sembilan jenis polimer dan satu jenis karet yang terkandung dalam mikroplastik yang ada di awan. Temuan ini memverifikasi peran mikroplastik dalam pembentukan awan dan dampaknya pada perubahan iklim.
Baca Juga:
Gunungan Sampah Meluber ke Jalan, Warga Kotabaru Jogja Keluhkan Bau Busuk
Akumulasi mikroplastik di atmosfer dapat mengakibatkan perubahan ekologis global yang substansial dan memberikan kontribusi pada pemanasan global.
Studi lain yang dilaporkan oleh Environmental Litigation Group pada Jumat (29/9/2023) juga menunjukkan bahwa fragmen plastik kecil terus tersebar di atmosfer, yang berpotensi mempengaruhi pembentukan awan dan perubahan iklim.
Plastik, termasuk mikroplastik dan senyawa PFAS yang terdapat di dalamnya, memiliki efek merusak pada lingkungan ketika mengalami degradasi, menghasilkan emisi gas rumah kaca, dan memberikan dampak negatif pada ekosistem laut.
Baca Juga:
RDF Plant Jakarta Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan dan Berpotensi Hasilkan PAD yang Cukup Besar
PFAS adalah singkatan dari "Per- and polyfluoroalkyl substances," yang merupakan kelompok senyawa kimia buatan yang mengandung atom fluor dan karbon dalam struktur molekulnya.
Pencemaran PFAS di lingkungan laut juga meningkatkan pelepasan gas rumah kaca, yang memperparah masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Bahkan produksi PFAS sendiri merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang kuat.
Pabrik manufaktur besar yang memproduksi PFAS seperti Daikin di Decatur, Alabama, melepaskan sekitar 240.000 pon HCFC-22 pada tahun 2019, yang setara dengan lebih dari satu miliar pon karbon dioksida, yang secara signifikan merusak lapisan ozon.