WahanaNews.co | Penentuan awal bulan Ramadan dapat menggunakan dua metode, yakni rukyatul hilal (pengamatan) dan metode hisab (perhitungan).
Rukyatul hilal adalah proses pengamatan ketampakan hilal saat Matahari terbenam menjelang awal bulan pada kalender Hijriah.
Baca Juga:
Mengenal Sosok Bacalon Bupati Toba dr Suryadi, Bergerak Bidang Kesehatan Hingga Perjalanan Karirnya
Aktivitas mengamati visibilitas hilal dilakukan dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop.
Hilal sendiri adalah fase bulan sabit setelah bulan baru. Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), sebab intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis.
Selain melalui pengamatan hilal, proses penentuan awal Ramadan juga dapat dilakukan dengan metode perhitungan atau hisab.
Baca Juga:
Harmonisasi Persatuan dan Kesatuan Melalui Anugerah Syiar Ramadhan 2024 di Kalsel
Hisab dapat diartikan sebagai perhitugan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi Bulan dalam awal bulan di kalender Hijriah.
Ahli astronomi dan astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin menyebut kedua metode untuk penentuan awal Ramadan ini setara, bisa saling menggantikan atau saling melengkapi.
"Tanda-tanda awal bulan yang berupa hilal bisa dilihat dengan mata (rukyat) dan bisa juga dihitung (hisab) berdasarkan rumusan keteraturan fase-fase Bulan dan data-data rukyat sebelumnya tentang kemungkinan hilal bisa dirukyat," katanya dalam live Instagram bertajuk 'Penentuan Ramadan dan Hari Raya Menurut Astronomi' di akun Instagram @pussainsa_lapan, Rabu (23/3).