WahanaNews.co | Salah satu 'kerabat' terdekat kita yang masih hidup, orang utan, memiliki 96,4 gen yang sama dengan manusia.
Kera besar yang terancam punah ini juga memiliki kemampuan yang sama denan manusia untuk berkomunikasi.
Baca Juga:
Pesawat yang Ditumpangi Wapres Malawi Hilang, Diduga Jatuh di Hutan
"Mereka sangat cerdas, mereka sangat mirip dengan kita, mereka memiliki budaya, mereka memiliki perilaku prototipikal yang dianggap sebagai prekursor bahasa," kata Dr. Adriano Lameira asisten profesor Departemen Psikologi Primatologis di Universitas Warwick, Inggris seperti dilansir Salon.
Orang utan, seperti kera besar lainnya, telah lama diketahui menunjukkan fungsi kognitif tingkat tinggi. Mereka dapat mengingat dan menyampaikan informasi tentang masa lalu atau masa depan kepada sesamanya.
Sekarang, para ilmuwan telah menunjukkan bahwa dinamika sosial berperan dalam komunikasi verbal di antara orang utan. Hasilnya mendiskreditkan pandangan yang dianut secara luas bahwa orang utan telah diatur sebelumnya untuk menghasilkan vokalisasi secara naluriah.
Baca Juga:
DLH Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Potensi Karhutla
Ditemukan, gaya komunikasi orang utan bergantung pada pengaruh sosial, dan sangat mirip dengan ekspresi manusia. Orang utan yang tinggal di daerah padat penduduk lebih mengekspresikan individualitas dalam gaya komunikasi verbal mereka.
Temuan timnya yang diterbitkan di Nature, menunjukkan bahwa manusia tidak sendirian dalam kapasitas untuk pengembangan bahasa. Mempelajari kera besar adalah kunci untuk memahami asal mula kemampuan linguistik manusia.
"Seperti kita, ketika kera besar dihadapkan pada lingkungan sosial yang berbeda, ini membentuk cara mereka berkomunikasi yang pada dasarnya terjadi ketika seseorang belajar bahasa baru, sebagai anak atau bayi yang belajar bahasa ibu atau kemudian sebagai orang dewasa yang belajar bahasa kedua," ujarnya.
"Seperti kita, ketika kera besar dihadapkan pada lingkungan sosial yang berbeda, ini membentuk cara mereka berkomunikasi, yang pada dasarnya terjadi ketika seseorang belajar bahasa baru, sebagai anak atau bayi yang belajar bahasa ibu atau kemudian sebagai orang dewasa yang belajar bahasa kedua," lanjut Lameira.
Walau begitu, masalah deforestasi, perburuan, dan perdagangan satwa liar ilegal berkontribusi pada berkurangnya jumlah kera besar ini di alam. Kurang dari 120.000 orang utan saat ini berada alam liar. Di lokasi-lokasi terbatas di hutan hujan Kalimantan dan Sumatera, menurut World Wildlife Fund. [rin]