WahanaNews.co | Penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ke
dalam tubuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bisa jadi bukti bahwa Nadiem Makarim kian dipercaya Presiden
Jokowi.
Dengan latar belakang konsultan manajemen dan
riset serta pendiri perusahaan teknologi, Nadiem sebagai menteri yang mengusung
konsep Merdeka Belajar dianggap mampu membawa perubahan di bidang pendidikan,
kebudayaan, dan penelitian.
Baca Juga:
Usai Periksa 2 Stafsus, Kejagung Buka Peluang Periksa Nadiem di Kasus Chromebook
Pengamat pendidikan Ina Liem mengatakan, tren
ekonomi ke depan harus berbasis inovasi sehingga pendidikan juga perlu
diarahkan ke sana. Terlebih lagi, kata dia, sebagian besar riset juga telah
dijalankan di perguruan tinggi.
"Ini sudah langkah tepat. Peleburan ini
juga berarti riset dan inovasi dibiasakan dilakukan sebelum pendidikan
tinggi," ucap Liem dalam keterangannya, Selasa (13/4/2021). Dia mengaku,
Merdeka Belajar merupakan konsep transformasi yang memberikan cara baru dalam
peningkatan kualitas pendidikan mulai usia dini, menengah, hingga pendidikan
tinggi.
Bagi murid dan mahasiswa, konsep Merdeka
Belajar mendorong mereka lebih kreatif, berkarakter, berwawasan luas,
nasionalisme yang kuat, serta cepat mengakses ilmu pengetahuan. Menurut Ina
Liem, kepribadian anak-anak saat ini terbagi menjadi tipe konseptor dan
pekerja.
Baca Juga:
Kejagung Buka Peluang Periksa Nadiem soal Korupsi Laptop Rp9,9 T
Saat ini adalah waktunya kedua karakter
tersebut bekerja sama dan difasilitasi dunia pendidikan. Sebagai contoh, di
Belanda terdapat 41 universitas yang fokus pada program terapan dan 14 riset. Konsep
Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka diharapkan mampu mendorong kemerdekaan
institusi menentukan sendiri kekuatannya.
Berbagai episode Program Merdeka Belajar Nadiem
juga berfokus dalam peningkatan serta pemangkasan birokrasi yang tidak perlu
sehingga fokus meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan.
Selama ini, Kemendikbud juga merupakan gabungan
tiga lembaga yang disinergikan. Tak banyak yang menyadari bahwa sesungguhnya di
tangan Nadiem, Kemendikbud selama ini telah dikelola tiga kementerian besar
yang pernah berdiri sendiri.
Ketiga lembaga tersebut adalah Kementerian
Pendidikan Nasional, Kementerian Kebudayaan (sebelumnya Kementerian
Pariwisata), dan Kementerian Pendidikan Tinggi (sebelumnya Kementerian Ristek
Dikti). Kendati di masa pandemi Covid-19, Kemendikbud juga dinilai mampu
menjadi kementerian yang kuat, aktif, dinamis, dan terkoordinasi.
Berbagai langkah terobosan dalam pengelolaan
tiga institusi besar mampu menjadi lembaga yang efektif dan memberikan manfaat
bagi masyarakat.
Ina Liem mengungkapkan, hampir 80 persen sampai
90 persen penelitian dilakukan perguruan tinggi. Penggabungan ciptakan
birokrasi ramping Penggabungan, kata dia, akan menciptakan birokrasi di bawah
satu atap sehingga lebih ramping.
"Saya melihat ini penyederhanaan
birokrasi. Kalau di bawah satu atap secara birokrasi lebih ramping. Jadi tidak
double. Selama ini perguruan tinggi riset dan Dirjen Dikti juga melaksanakan
riset bersama berbagai kementerian teknis lain," jelas dia.
Sebetulnya, lanjut dia, konsep Merdeka Belajar
untuk mendorong kreativitas. Tidak hanya penelitian, masalah vokasi juga mau
ditekankan, sarjana terapan juga mau didorong. Jadi bukan hanya riset,
melainkan juga aplikasi. "Ini waktunya unjuk gigi bagi para institusi yang
tadinya banyak orang-orang yang mau berinovasi, tetapi terbatas birokrasi,
nomenklatur, sehingga sulit," terang Ina Liem.
Dia memperkirakan, Nadiem tidak akan terlalu
sulit mengelola Kemendikbudristek. Nadiem diprediksi akan menggabungkan dengan
pola di Ditjen Pendidikan Tinggi yang sebelumnya juga telah bergabung dengan
Kemenristek Dikti.
"Sebagai pimpinan, bukan berarti dia
pelaksananya yang harus ke sana kemari semuanya. Banyak dirjen di bawahnya.
Selama ini kegiatan perguruan tinggi juga sudah termasuk riset," tutur
dia. [dhn]