Sementara, untuk kawasan industri seperti Cilegon, potensi gempa juga dikhawatirkan dapat memicu kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia di pabrik-pabrik besar. Hal ini menjadi salah satu secondary hazard yang perlu diantisipasi melalui penerapan standar keamanan yang ketat.
Gempa berulang
Baca Juga:
Cairan Kimia Soda Api Tumpah di Purwakarta, Pakar Ungkap Bahaya ke Orang-Lingkungan
Lewat penelitian paleotsunami, BRIN menemukan gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode berulang sekitar 400 hingga 600 tahun sekali. Dengan kejadian terakhir diperkirakan pada 1699, energi yang tersimpan saat ini telah mencapai titik kritis.
"Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa," ujar dia.
Sebagai upaya mitigasi kebencanaan, BRIN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, BMKG, dan institusi terkait lainnya guna memperkuat sistem peringatan dini tsunami, khususnya di Selat Sunda dan wilayah selatan Jawa.
Baca Juga:
Pakar BRIN Kembangkan MOFs, Sulap Minyak Kelapa jadi Bahan Bakar Pesawat
"Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemasangan sensor deteksi perubahan muka air laut di kawasan rawan tsunami," jelas Rahma.
Bisa 'pecah' kapan saja
BMKG mencatat saat ini ada dua zona megathrust yang masih jadi ancaman karena sudah lama tak melepaskan energi besarnya. Dua zona ini diprediksi dapat 'meledak' secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.